Minggu, 26 Mei 2013

bunga


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu. Tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri. Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah Morfologi Tumbuhan. Morfologi Tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhanpun sudah demikian besar perkembangannya hingga dipisahkan menjadi morfologi luar dan morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti yang sempit) dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan. 
Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Jika kita memperhatikan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga pada tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya, warnanya, baunya, ada dan tidaknya madu ataupun zat lain.







BAB II
PEMBAHASAN
BUNGA  (FLOS)
A.      PENGERTIAN BUNGA
Akar, batang, daun serta bagian-bagian tumbuhan lainnya yang telah dibicarakan dimuka, merupakan bagian-bagian yang secara langsung berguna untuk mempertahankan kehidupan (untuk penyerapan makanan, pengolahan bahan-bahan yang diserap menjadi bahan-bahan yang di gunakan oleh  tumbuhan untuk keperluan hidupnya : bernafas, pertumbuhan dll). Tumbuhan itu sendiri selama pertumbuhannya, oleh sebab itu Alat-alat tersebut sering kali dinamakan pula Alat-alat pertumbuhan atau Alat-alat vegetatif.
Sebelum suatu tumbuhan mati. Biasanya olehnya telah dihasilkan suatu alat, yang nanti akan tumbuh manjadi tumbuhan baru. Alat yang demikian dinamakan alat perkembangbiakan (organum reproductivum), yang dibedakan dalam 2 golongan :yang bersifat vegetatif dan yang bersifat generatif)
Dalam uraian mengenai kuncup, telah kita ketehui bahwa ada kuncup yang dapat menjadi bunga yaitu kuncup bunga (alabastrum atau gemma florifera). Ada pula yang hanya merupakan cabang baru;  ada pulang yang menjadi cabang baru dengan bunga.
Tunas yang mengalami perubahan bentuk yang menjadi bunga itu biasanya batangnya lalu terhenti pertumbuhannya, merupakan tangkai dan dasar bunga, sedang daun-daunnya sebagian tetap bsrsifat seperti daun, hanya bentuk dan warnanya berubah berubah,  dan sebagian lagi , mengalami  metamorfosis menjadi  bagian-bagian yang  memainkan peranan dalam peristiwa-peristiwa yang akhirnya akan menghasilkan calon individu baru.
Berhubung dengan berhentinya pertumbuhan batang maka ruas-ruas menjadi amat pendek, sehingga bagian bunga yang merupakan metamorfosis daunnya tersusun  dalam lingkaran-lingkaran. Bertalian dengan letak dan susunannya bagian-bagian bunga ini dibedakan :
a.      Bunga dan bagian-bagiannya tersusun menurus garis spiral (acyclis), misalnya bunga cempaka ( michelia champaka L.)
b.      Bunga dan bagian-bagiannya tersusun dalam lingkarang-lingkaran (cyclis), misalnya : bunga terong ( solanum mengena L.), bakung (Hyminokallis littoralis salisb).
c.       Bunga yang sebagian bagian-bagiannya duduk dalam lingkaran dan sebagian lain terpancar atau menurut garis spiral (hemicycllis), misalnya bunga sirsak (Annona moricata L.).
Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-sifat, yang  merupakan penyesuaian untuk melaksankan tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah :
-          Bentuk bunga seluruhnya dan bagian-bagiannya
-          Warnanya
-          Baunya
-          Ada dan tidak madu ataupun zat lain.
Demikian karakteristik sifat-sifat tersebut untuk setiap jenis atau segolongan tumbuhan, sehingga sifat-sifat bunga merupakan tanda pengenal tumbuhan yang paling utama.

Jumlah bunga dan tata letaknya pada suatu tumbuhan
Pada suatu tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu bunga saja, misalnya bunga coklat (Zephyranthus rosea Lindl ), tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan berabunga tunggal (planta moltifora). Sedangkan lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta uniflora).
Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang, jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga-bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang.
Jika pada tempatnya pada tumbuhan, kita dapat membedakan :
a.       Bunga pada ujung batang (flos terminalis ), misalnya bunga coklat tadi, kembang merak (caesalpinia pilcherrima swartz )
b.      Bunga diketiak daun (flos lateralis atau plos axillaris ), misalnya pada kembang sepatu (habiscus rosa sinensis L), kembang telang (clitoria ternatea L. )
Selain dari itu pada suatu tumbuhan dapat kita lihat, bahwa bunganya yang besar jumlahnya itu , dapat :
-          Terpancar atau terpisah-pisah ( flores sparsi ), misalnya pada kembang sepatu tadi.
-          Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian bunga dinamakan pula : bunga majemuk ( anthotaxis atau inflorescentia), misalnya pada kembang merak tersebut diatas.

B.      BUNGA MAJEMUK (Anthotaxis, Inflorescentia)
Bunga majemuk adalah sekelompok kuntum bunga yang terangkai pada satu ibu tangkai bunga atau pada suatu susunan tangkai-tangkai bunga yang lebih rumit. Rangkaian bunga semacam ini sangat bervariasi, baik pada pola-pola dan kerapatan tangkai bunganya, kelengkapan bagian-bagian pendukungnya, duduk bunga pada tangkai (filotaksi, phyllotaxy) dan lain-lain. Susunan bunga majemuk juga biasa disebut dengan istilah perbungaan atau infloresens (inflorescence).
A.    Bagian-bagian yang bersifat seperti batang, misalnya:
  • Ibu tangkai bunga (peduncle, pedunculus), yakni tangkai utama yang mendukung keseluruhan bunga majemuk. Bagian ibu tangkai bunga di tengah-tengah perbungaan, di mana tangkai-tangkai bunga individual melekat, disebut rakis (rachis)
  • Tangkai bunga (pedicel, pedicellus), yakni tangkai masing-masing kuntum bunga individual, dan
  • Dasar bunga (receptacle, receptaculum), yakni ujung tangkai bunga yang mendukung bagian lain dari bunga.
B.     Bagian-bagian yang bersifat seperti daun, misalnya:
  • Daun pelindung (bract, bractea), yakni daun yang pada ketiaknya muncul ibu tangkai bunga.
  • Daun tangkai (bracteole, bracteola), yakni daun (1–2 helai) yang muncul pada pangkai tangkai bunga.
  • Kelopak bunga (calyx), pada bunga-bunga tunggal/individual.
  • Seludang bunga (spatha), yakni daun pelindung besar yang menyelubungi seluruh bunga majemuk sebelum mekar, misalnya pada suku palem-paleman (Arecaceae).
  • Daun pembalut (involucre, involucrum), yakni sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam lingkaran mengitari dasar bunga majemuk. Misalnya pada Asteraceae.
  • Daun kelopak tambahan (epicalyx), yakni sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam lingkaran di bawah kelopak bunga. Misalnya pada marga Hibiscus.
  • Daun –daun buah (carpella)
  • Benang-benang sari ( stamina )
Bertalian dengan sifat-sifat itu bunga majemuk dibedakan dalam tiga golongan :
a.       Bunga majemuk tidak terbatas (indeterminate): pertumbuhan monopodial. Pucuk ibu tangkai bunga tumbuh terus, dan bunga-bunga mekar dari bawah ke atas.
Bunga majemuk tak terbatas tidak memiliki bunga terminal yang sejati. Ujung ibu tangkai bunga biasanya berupa pucuk yang mengerdil (rudimenter). Kedudukan bunga terminal, dengan demikian, diisi oleh bunga subterminal (bunga di bawah pucuk).
b.      Bunga majemuk terbatas (determinate): pertumbuhan simpodial. Bunga yang paling ujung mekar dahulu dan layu, kemudian di bawahnya, lewat samping, muncul tangkai bunga yang lebih muda dan mekar.
Pada bunga majemuk terbatas, apabila mekarnya bunga yang paling ujung (terminal) diikuti dengan mekarnya bunga-bunga lain dari bawah ke atas, disebut akropetal. Apabila mekarnya bunga-bunga lain itu dari atas ke bawah, disebut basipetal; dan apabila mekarnya dari tengah-tengah ibu tangkai daun, disebut divergen.

Bunga majemuk tak terbatas ( inflorescentia racemosa,  inflorescentia botryoides, inflorescentia centripetala)
1.       Tandan (recemus atau botrys ), jika  bunga tangkai nyata duduk pada ibu tangkainya. Kita dapat pula memgatakan ibu tangkai bercabang.
2.       Bulir (spica), seperti tandan tetapi bunga tidak bertangkai, misalnya bunga jarong
3.       Untai atau bunga lada ( amentum ), seperti bulir, tetapi ibu tangkai hanya mendukung bunga-bunga  yang berkelamin tunggal, dan runtuh seluruhnya (bunga majemuk yang mendukung bunga jantan, yang betina menjadi buah ). Terdapat  misalnya pada sirih (piper batle L.)
4.       Tongkol (spadix), seperti bulir, tetapi ibu tangkai besar, tebal, dan seringkali berdaging, misalnya pada iles-iles (Amorphophallus variabillis), jagung (Zea mays ), tetapi hanya bunga yang betina.
5.       Bongkol (capitulum), tandan atau tongkol yang mengerut, bunga-bunga terangkai serupa bola. Contohnya bunga petai dan kerabatnya (Mimosoideae). Variasi dari bongkol adalah bunga piringan (anthodium) pada Compositae, dengan bunga-bunga tabung di bagian tengah dan bunga-bunga pita di tepinya.
6.       Untai (catkin, ament, amentum), bulir menggantung yang berisi bunga-bunga berkelamin tunggal seperti pada lada (Piper nigrum) atau sirih (P. betle).
7.       Bunga periuk (hymphantodium) , bunga ini dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
-          Ujung ibu tangkai menebal
-          Ujung ibu tangkai menebal berdaging
Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa, inflorescentia centrifuga)
1.      Anak payung menggarpu (dichasium) pada ujung tangkai terdapat satu bunga. Dibawahnya terdapat dua cabang yang sama panjang nya.
2.      Bunga tangga atau bunga bercabang seling (cincinnusi) yaitu suatu bunga majemuk yang ibu tangkainya bercabang dan selanjutnya cabang-cabangnya bercabang lagi tetapi setiap kali bercabang hanya terbentuk satu cabang saja.
3.      Bunga sekrup (bostryx), ibu tangkai bercabang-cabang tetapi, sekali bercabang juga hanya terbentuk satu cabang.
4.      Bunga sabit (drepanium), seperti bunga sekrup tetapi semua percabangan terletak pada suatu bidang, sehingga bunga seluruhnya menampakkan seperti sabit.
5.      Bunga kipas (rhipidium), seperti bunga bercabang seling semua percabangan terletak pada suatu bidang dan cabang tidak sama bidang.

C.     BAGIAN-BAGIAN BUNGA
Dalam struktur bunga ada beberapa bagian bunga yang biasanya selalu ada pada bunga. Bagian-bagian bunga ini, yaitu : 
1.       Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau yang seakan-akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga.    
2.       Dasar bunga (receptaculum) yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar dengan ruas-ruas yang amat pendek sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain bahkan biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran
3.       Hiasan bunga (perianthium) yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-urat yang masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat dibedakan dalam dua bagian yang masing-masing duduk dalam satu lingkaran.

Bagian-bagian bunga lengkap
a.       Jadi bagian-bagian hiasan bunga itu umumnya tersusun dalam dua lingkaran.
1.       Kelopak (calyk) yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar,   biasanya berwarna hijau dan sewaktu bunga kuncup merupakan selubungnya    yang melindungi kuncup tadi terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Kelopak    terdiri atas beberapa daun kelopak (sepala). Daun-daun kelopak pada bunga  dapat berlekatan satu sama lain dapat pula terpisah-pisah.
2.       Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla) yaitu bagian hiasan bunga yang  terdapat pada lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri atas sejumlah daun mahkota (petala) yang seperti halnya dengan daun-daun  kelopak dapat berlekatan atau tidak.
4.        Alat-alat kelamin jantan ((androecium), bagian ini sesungguhnya juga merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stamen). Pada bunga benang-benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan, ada yang tersusun dalam satu lingkaran ada pula yang dalam dua lingkaran.  
5.       Alat-alat kelamin betina (gynaecium), yang ada pada bunga merupakan bagian yang biasanya disebut putik (pistillum). Putik terdiri atas metamorfosis daun yang disebut daun buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah.
Kelamin bunga
Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, orang membedakan:
1.      Bunga banci atau berkelamin dua, yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari maupun putik. Bunga ini dinamakan pula bunga lengkap atau bunga sempurna. Misalnya bunga terung (Solanum melongena L).
2.      Bunga berkelamin tunggal, jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelamin. Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam:
- Bunga jantan, jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa putik. Mislanya bunga jagung yang terdapat dibagian atas tumbuhan.
- Bunga betina, yaitu bunga yang tidak mempunyai benang sari, melainkan   hanya putik saja. Misalnya pada bunga jagung yang tersusun dalam tongkolnya.
3.  Bunga mandul atau tidak berkelamin, dibunga tidak terdapat benang sari    maupun putik. Misalnya bunga pinggir pada bunga matahari.
Pembagian tempat antara bagian bunga yang satu dengan bagian yang lain
Bagian bunga yang merupakan metamorphosis daun (kelopak, mahkota, benang sari, dan daun buah) dapat dijumpai dalam susunan yang berbeda-beda yaitu:
1.      Terpencar, tersebar, atau menurut suatu spiral, misalnya bunga cempaka.
2. Berkarang atau melingkar, jika daun-daun kelopak, bennag sari, dan daun-daun buah masing-masing tersusun dalam satu lingkaran seprti pada bunga terung
3.   Campuran,yaitu jika bagian-bagian bunga tadi ada yang duduk       berkarang,       sedang sebagian lain duduk terpencar, misalnya bunga sirsat
1. simetri pada bunga
Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk bagian-bagian tumbuhan ( batang, daun, maupun bunga). Jika benda tadi oleh sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian. Sedemikian rupa sehingga kedua bagian itu saling dapat menutupi.
1.      Asimetri (tidak simetri), jika pada bunga tidak dapat dibuat satu bidang simetri dengan jalan apapun juga, misalnya bunga tasbih (Canna hybrid).
2.      Setangkup tunggal (monosimetri). Jika pada bunga hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup. Bergantung pada letaknya bidang simetri, bunga yang setangkup tunggal dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam:
- Setangkup tegak, jika bidang simetrinya berimpit dengan bidang median, missal bunga telang.
- Setangkup mendatar, jika bidang simetrinya tegak lurus pada bidang median, dan tegak lurus pula pada arah vertical missal bunga Corydalis.
- Setangkup miring, jika bidang simetrinya memotong bidang median dengan sudut yang lebih kecil misalnya bunga kecubung.
3.  Setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris). Yaitu bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetri yang      tegak lurus satu sama lain, misalnya bunga lobak.
4. Beratura atau bersimetri banyak. Jika dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi bunga itu dalam dua bagian yang setangkup, misalnya bunga lilia gereja

2.      Dasar bunga (Receptaculum atau Torus)
dasar bunga sering memperlihatkan bagian-bagian yang khusus mendukung satu bagian bunga atau lebih, bergantung pada bagian bung a yang berbeda-beda.
a.        pendukung tajuk bunga atau antofor, yaitu bagian dasar bunag tempat duduknya daun-daun tajuk bunga.
b.      pendukung benang sari atau androfor, bagian dasar bunga yang sering kali meninggi atau memanjang dan menjadi tempat duduknya benang sari,
c.      pendukung putik atau ginofor, seperti terdapat pada bunga teratai besar
d.    pendukung benang sari dan putik atau androginofor, misalnya pada bunga markisah
e.   cakram, disamping bagian-bagian tersebut di atas pada dasr bunga sering kali terdapat semacam peninggian atau bantalan berbentuk cakram yang sering kali mempunyai kelenjar-kelenjar madu, misalnya pada bunga jeruk.
3. Bentuk dasar bunga 
di muka telah disebutkan, bahwa dasar bunga biasanya menebal atau melebar dan memperlihatkan bermacam-macam bentuk, misalnya:
a.       rata, hingga semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga,     berturut-turut dari luar ke dalam
b.      menyerupai kerucut
c.      seperti cawan, daun-daun kelopak dan tajuk bunga duduknya seakan-akan pada tepi bangunan seperti cawan.
d.      bentuk mangkok, juga dalam hal ini kelopak dan tajuk bunga lebih tinggi    letaknya dari pada putik.
berdasarkan sifatnya bunga dapat dibedakan dalam 3 golongan, yaitu yang:
1.      hipogin, misalnya pada bunga johar
2.      perigin, misalnya pada bunga bungur
3.      epegin, misalnya pada bunga daun kaki kuda.

4.Kelopak
Kelopak tersusun atas bagian-bagiannya yang dinamakn daun kelopak. pada bunga daun-daun kelopak mempunyai sifat yang berbeda-beda.
a.   berlekatan pada kelopak biasanay yang berlekatan hanya bagian bawah daun- daun kelopaknya saja, bagian atasnya yang berupa pancung-pancungnya tetap bebas.
menurut banyak sedikitnya bagian kecil daun-daun saja yang berlekatan, dibedakan 3 macam kelopak , yaitu kelopak yang:
1.      berbagi, jika hanya bagian kecil daun-daun saja yang berlekatan, pancung-  pancungnya panjang, lebih dari separoh panjang kelopak.
2.      bercangap, jika bagian yang berlekatan kira-kira meliputi separoh panjangnya kelopak, jadi pancung-panungnya kira-kira juga separohnya.
3.      berlekuk, jika bagian yang berlekatan melebihi separoh panjang kelopak, jadi  pancung-pancungnya pendek saja.
melihat simetrinya bentuk kelopak yang bermacam-macam itu dapat dibedakan dalam 2 golongan, yaitu :
a.       Beraturan atau aktinomorf. Jika kelopak dengan beberapa cara dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup (simetris). Kelopak yang beraturan meluputi kelopak-kelopak yang berbentuk bintang, tabung, terompet, mangkuk, piala corong, lonceng
b.      Setangkup tunggal atau zigomorf. Sifat yang demikian dapat dijumpai pada kelompok yang
-   Bertaji, seperti pada bunga pacar air
-  Berbibir, misalnya pada bunga salvia.
5. Tajuk bunga atau mahkota bunga (Corolla)
Tajuk bunga atau mahkota bunga merupakan hiasan bunga yang terdapat disebelah dalam kelopak, umumnya lebih  besar dan memiliki warna yang menarik.
Bagian-bagian tajuk bunga dinamakan daun tajuk atau daun mahkota (petal).


 Daun-daun mahkota bunga menunjukan sifat yang berbeda-beda pula yaitu :
1.      Berlekatan. Dalam keadaan yang demikian, pada tajuk bunga dapat dibedakan 3 bagian yaitu buluh tajuk, pinggiran tajuk, leher tajuk. Selain daun-daun tajuk ditemukan pula alat-alat tambahan seperti sisik serta rambut-rambut.
2.       Lepas atau bebas. Jika daun-daun tajuk terpisah satu sama lain. Dalam keadaan demikian pada setiap daun tajuk dapat dibedakan kuku daun tajuk dan helaian daun tajuk.
3.      Daun-daun tajuk tidak ada atau sangat kecil sehingga sama sekali tidak menarik perhatian. Bunga tanpa tajuk bunga sering kali dinamakan bunga telanjang.

Berdasarkan  bentuk simetrinya tajuk bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a.       Beraturan, bila tajuk bunga dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup dengan beberapa cara. Misalnya tajuk bunga yang berbentu bintang, tabung, terompet, mangkuk, corong, lonceng.
b.      Setangkup tunggal atau bersimetri satu, jika tajuk  bunga hanya dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup dengan satu cara saja. Tajuk bunga seperti ini sering kali mempunyai sifat dan bentuk yang khas seperti bertaji, berbibir, berbentuk seperti kupu-kupu, bertopeng atau berkedok, serta berbentuk pita.

6.Tenda Bunga (Perigonium)
Tidak semua bunga mempunyai hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan tajuk bunganya. Berbagai jenis tumbuhan mempunyai hiasan bunga yang tidak lagi dapat dibedakan mana kelopak dan mana tajuknya, dengan lain perkataan kelopak dan tajuk bunga sama, baik bentuk maupun warnanya. Itulah yang disebut tenda bunga.  Bagian-bagian yang menyusun tenda bunga dinamakan daun tenda bunga (tepala), yang menurut bentuk dan warnanya dapat dibedakan dalam dua golongan:
1.      Serupa kelopak, seperti pada bunga berbagai jenis palma (Palmae)
2.      Serupa tajuk, seperti pada beberpa suku lilia (Liliaceae)

7.Benang Sari (Stamen)
Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat  kelamin jantan. Pada bennag sari dapat dibedakan 3 bagian berikut:
1.  Tangkai sari yaitu bagian yang berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat.
2. Kepala sari yaitu bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari. Bagian ini biasanya didalamnya terdapat 2 ruang sari dan masing-masing ruang sari semula terdiri atas ruangan kecil-kecil. Dalam ruang sari terdpat serbuk sari dan tepung sari yaitu sel-sel jantan yang berguna untuk penyerbukan atau persarian.
3. Penghubung ruang sari. Bagian ini merupakan lanjutan tangkai sari yang  menjadi penghubung kedua bagian kepala sari (ruang sari).
Mengenai duduknya bennag sari dibedakan tiga macam yaitu :
1.Benang sari jelas duduk pada dasar benang sari. Tumbuhan yang bersifat demikian dinamakan Thalamiflorae,misalnya jeruk.
2. Benang sari tampak seperti duduk diatas kelopak, yang sering dapat dilihat pada bunga perigin atau epigin. Tumbuhan demikian dinamakan Calyciflorae misalnya pada mawar.
3. Benang sari tampak duduk diatas tajuk bunga. Tumbuhan yang demikian disebut Corolliflorae misalnya bunga buntut tikus.
Mengenai jumlah bennag sari apada bunga umumnya dibedakan tiga golongan:
a)      Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga terdapat lebih dari  20 bennag sari seperti terdapat pada jambu-jambuan.
b)      Jumlah benang sari 2 x lipat jumlah daun tajuknya. Benang sari biasanya tersusun dalam dua lingkaran. Duduknya benang sari terhadap dau-daun tajuk ada dua kemungkinan.
-  Diplostemon yaitu benang-benang sari dengan lingkaran luar duduk berseling  dengan daun daun tajuk. Misalnya pada kembang merak.
-  Obdiplostemon, jika keadaan sebaliknya artinya benang-benang sari pada lingkaran dalamlah yang duduknya berseling dengan daun-daun tajuknya.Misalnya pada bunga geranium.
c)  Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, yang dalam hal ini duduknya benang sari dapat berupa episepal dan epipetal.

8.Tangkai Sari (Filamentun)
Melihat jumlahnya berkas yang merupakan perlekatan benang-benang sari tadi dapat dibedakan:
a.       Benang sari berbekas satu atau benang sari bertukal satu yaitu jika semua tangkai sari pada satu bunga berlekatan menjadi satu. Merupakan suatu berkas yang tengahnya berongga dan hanya bagian ujung tangkai sari yang mendukung kepala sari saja yang masih bebas satu sama lain. Seperti dapat kita lihat pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)
b.      Berkas sari berkas dua atau benang sari bertukal dua (diadelphus), jika benang sari terbagii menjadi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok. Jumlah tangkai sari dalam masing;masing kelompok tidak perlu sama. Seperti misalnya pada tumbuhan berbunga kupu-kupu (Papilionaceae), yang dalam setiap bunga terdapat 10 benang sari yang tersusun dalam 2 berkas, yang satu terdiri atas 9 tangkai sari, sedang berkas yang lain hanya terdiri atas 1 tangkai sari saja.
c.        Benang sari berbekas banyak atau benang sari bertukal banyak, yaitu jika dalam suatu bunga yang mempunyai banyak benang sari , tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok atau atau berkas, seperti misalnya pada bunga kapok  (Ceiba pentandra Gaertn.) yang dalam satu bunga terdapat 5 berkas benang sari dengan tangkai-tangkainya yang berlekatan di dalam masing-masing berkas.
9.Kepala Sari (Anthera)
 Kepala Sari (Anthera) adalah bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, merupakan suatu badan yang bentuknya bermacam-macam: bulat, jorong, bulat telur, bangun kerinjal, dll. Di dalamnya terdapat 2 ruang sari (theca), tetapi dapat pula hanya satu atau lebih  dari 2 ruang. Satu ruang sari biasanya terdiri atas dua kantong sari (loculumentum), tetapi sekat yang memisahkan kedua kantong sari itu dapat hilang sehingga kedua kantong sari akhirnya menjadi satu ruang saja.
Ruang sari merupakan tempat terbentuknya serbuk sari atau tepung sari (pollen). Setelah terjadinya persarian (serbuk sari jatuh pada kepala putik), maka serbuk sari itu akan tumbuh merupakan suatu buluh menjadi kebakal biji, hingga inti sperma yang terdapat didalam serbuk sari akhirnya dapat lebur (bersatu) dengan sel telur yang terdapat di dalam kandung lembaga. Peleburan inti sperma dengan dengan sel telur itulah yang dinamakan pembuahan serbuk sari merupakan badan yang amat lembut, jika terpisah-pisah mudah sekali beterbangan karena tiupan angin, ada pula yang bergumapal-gumpal. Jika gumpalan terdiri atas 4 serbuk lazimnya dinamakan: pollen tetrade, tetapi ada pula yang tiap gumpalan itu terdiri atas sejumlah besar serbuk sari, yang disebut pollinium, seperti terdapat pada bunga anggrek .
Butir-butir serbuk sari sering kali  juga berperekat, sehingga mudah melekat pada tubuh hewan, misalnya  serangga yang datang mengunjungi bunga, dan serangga itulah yang membawa serbuk sari kebunga lain, dan dengan demikian dapat membantu terlaksananya penyerbukan.
 Dalam satu bunga umumnya kepala sarinya bebas satu lain, jarang sekali menjadi satu. Contoh kepala sari yang berlekatan satu sama lain terdapat pada bunga mata hari (Helianthus annuus L), yang karena bentuk kepala sari pada bunga ini memanjang, maka perlekatan kepala-kepala sari itu merupakan suatu badan yang berbentuk tabung.
Jika serbuk sari sudah masak (sudah siap untuk mengadakan persarian), maka kepala sari akan pecah memungkinkan keluarnya butir-butir serbuk sari tadi. Agar serbuk sari keluar dari ruang sari, kepala sari dapat membuka dengan jalanyang berbeda-beda misalnya;
a.   Dengan celah membujur (longitudinaliter dehiscens), yang menjadi jalan keluarnya serbuk sari dapat:Menghadap ke dalam (introrsum), seperti terdapat pada tumbuhan yang tergolong dalam suku Compositae, Misalyna bunga matahari.dll.
b. Dengan celah yang melintang (trasversaliterdehiscens), yang tidak banyak terdapat, sebagai contoh misalnya pada beberapa tumbuhan suku Euphorbiaceae.
c. Dengan sebuah liang pada ujung atau pangkal kepala sari(poris dehiscens), seperti terdapat pada kentang (Solanum tuberosum L.),
d. Dengan  kelep atau katup-katup (valvis dehiscens)yang jumlahnya  satu atau lebih. Misalnya pada keningar (cinamomum zelanicum Breyn).
Ruang sari (connectivum) biasanya kecil saja hingga seringkali tidak begitu terang. Dalam hal yan demikian, bagiar ruang sari yang berlekatan satu sama lain hanya semmpit sekali, dan kepala sarinya sperti berbentuk silang, seperi dapat  terlihat pada bunga rumput
Ada pula kalanya penghubung ruang sari itu keliahatan jelas,lebar,hingga kdua ruang sarinya agak berjauhan satu sama lain.Penghubung ruang sari dapat tidak sama lebar pada seluruh panjangnya,hingga dari luar nampak seperti bangun segi tiga sama kaki,biasanya menyempit ke atas.
Pada penghubung ruang sari ini seringkali terdapat alat-alat tambahan, misalnya pada bunga biduri (Calotropis gigantean Dryand.). Bahwa benang sari dapat memperlihatkan perkembangan yang kurang sempurna.Dalam hal yang demikian benang sari tidak lagi menghasilkan serbuk sari yang mampu untuk menimbulkan persarian, bahkan seringkali berubah bentuk dan fungsinya, misalnya berubah menyerupai tajuk atau berubah menjadi suatu kelenjar madu.Benang sari yang tidak sempurna perkembangannya dinamakan: staminodium dan  karena tidak menghasilkan serbuk sari, ada yang menyebutnya sebagai benang sari yang mandul.
Dalam suatu bungayang diharapkan akan memperlihatkan adanya benang sari, sering sari tidak ada, sering kali benang sari tidak ada, hanya kadang-kadang tampak sisa-sisanya saja (rudimntum).Kita dapat pula mengatakan dalam hal yang demikian, bahwa bunga itu mempunyai benang sari yang bersifat rudimenter.Pada bunga betina seringkali masih kita temukan sisa-sisa benang sari, yang memberikan petunjuk kepada kita, bahwa bunga betina itu berasal dari bunga banci yang kehilangan alat kelamin jantannya (benang sarinya).

10.Putik (Pistillum)
Putik merupakan bagian bunga yang paling dalam letaknya, dan kalau benang sari merupakan alat kelamin jantan bagi bunga, maka putik merupakan alat kelamin betinanya.Putik pun tersusun atas daun-daun yang telah mengalami metamorfosis.Daun-daun penyusun putik disebut daun buah (carpellum), dan  daun-daun buah sebagai  keseluruhan yang menyusun putik itu dinamakan: gynaecium.Bahwasannya putik pun merupakan mtamorfosis daun sudah amat sukar untuk dbuktikan, tetapi pada tumbuhan berbiji telanjang, Misalnya pakis haji (Cycas rhumpii mic.).Hal itu masih keliatan jelas.
Putik merupakan alat kelamin betina, yang salah satu bagiannya mengandung sel telur yang setelah  dibuahi oleh inti sperma yang berasal dari serbuk sari, akhirnya akan berkembang menjadi lembaga , dan lembaga itulah yang nantinya akan merupakan tumbuhan baru.Bagian putik yang mengandung sel telur itu namanya bakal biji (ovulum) yang akhirnya akan menjadi biji (semen), dan sementara itu bagian putik yang di dalamnya terdapat bakal biji tadi, yaitu bakal buahnya (ovarium), akan berubah menjadi buah (fructus).
Pada setiap bunga lazimnya hanya terdapat satu putik saja, Misalnya pada bunga kapas (Gossypium sp.), tetapi ada pula bunga yang mempunyai lebih dari satu putik, bahkan ada yang mempunyai banyak putik, Misalnya bunga sirsat (Annona muricata L.).
Seperti telah dikemukakan, bagian-bagian yang menyusun putik adalah daun-daun pula yang mengalami metamorphosis, yaitu: daun buah (carpellum).Daun-daun buah itulah yang akhirnya akan merupakan bagian buah yang paling pinggir (kulit buah).
Menurut banyaknya daun buah yang menyusun sebuah putik, putik dapat dibedakan dalam:
a)      Putik tunggal (simplex), yaitu jika putik hanya tersusun atas sehelai daun buah saja, Misalnya terdapat pada semua tumbuhan yang berbua polong: kacang-kacangan, dll.(Legumi nosae)
b)      Putik majemuk (compositus), jika putik terjadi dari dua daun buah atau lebih, seperti misalnya pada kapas (Gossypium sp.)
Banyaknya daun buah yang menyusun putik seringkali masih dapat kita lihat dengan nyata, walaupun sementara itu putik telah berubah menjadi buah , yaitu dengan melihat sudut-sudut atau rigi-rigi maupun alur-alur yang seringkali terlihat pada bagian luar kulit buah.Jika kita mengamati buah kelapa misalnya, dengan mudah dapat kita tentukan, bahwa buah itu semula berasal dari putik yang tersusun atas tiga daun buah. 
Jika kita melakukan pemeriksaan pada bunga, maka untuk mengetahui jumlah daun buah yang menyusun putik, dapat kita buat irisan melintang putik melalui bakal buahnya.Jumlah daun buah seringkali sesuai dengan jumlah tembuni (placenta) atau jumlah ruang bakal buah tadi.
Pada putik dapat dibedakan bagian-bagian berikut:
a)      Bakal buah (ovarium), yaitu bagian putik yang lazimnya kelihatan membesar dan duduk pada dasar bunga.
b)      Tangkai kepala putik (stylus), bagian putik yang sempit dan terdapat di atas bakal buah. biasanya berbentuk benang.
c)       Kepala putik (stigma), ialah putik bagian yang paling atas.terletak pada ujung tangkai kepala putik tadi.
11.Bakal Buah (ovarium)
Bakal buah adalah bagian putik yang membesar dan biasanya terdapat di tengah-tengah dasar bunga.Dalam bakal buah terdapat calon biji atau bakal biji (ovulum), yang bakal biji itu teratur pada tempat-tempat tertentu dalam bakal buah tadi.Bagian yang merupakan pendukung bakal biji, disebut tembuni (placenta).
Menurut letaknya terhadap dasar bunga kita membedakan:
a)      Bakal buah menumpang (superus), yaitu jika bakal buah duduk di atas dasar bunga sedemikian rupa, sehingga bakal buah tadi lebih tinggi, sama tinggi atau bahkan mungkin lebih rendah daripada tepi dasar bunga, tetapi bagian samping bakal buah  tidak pernah berlekatan dengan dasar bunga.Biasanya bakal buah yang menumpang kita dapati pad bunga yang dasar bunganya cembung, rata, atau cekung dangkal seperti cawan.
b)      Bakal buah setengah tenggelam (hemi inferus), yaitu jika bakal buah duduk pada dasar bunga cekung, jadi tempat duduknya bakal buah selalu lebih rendah daridapa tepi dasar bunga, dan sebagian dinding bakal buah itu berletakan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.
c)      Bakal buah tenggelam (inferus), seperti pada b,tetapi seluruh bagian sampan baklal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala tadi.


Telah dikemukakan bahwa pada satu bunga mungkin terdapat lebih daripada satu putik, yang masing-masing terdiri atas satu daun buah.Jadi pada bunga itu terdapat daun-daun buah yang tidak berlekatan satu sama lain.Dalam hal yang demikian dikatakan bahwa bakal buah atau putiknya bersifat: apokarp (pistillum apocarpum). Jika bakal buah terdiri atas beberapa daun buah yang berlekatan satu sama lain, maka bakal buah (putiknya) dinamakan senokarp (pistillum coenocarpum).Jika perlekatan daun-daun buah itu hanya merupakan satu putik dengan satu ruang saja, disebut: parakarp (pistillum paracarpum), tetapi jika dari perlekatan daun-daun buah itu terbentuk putik dengan jumlah ruang yang sesuai dengan jumlah daun buahnya, maka bakal  buah atau putik yang demikian itu dinamakan: sinkarp (pistillum syncarpum).
Berdasar jumlah ruang yang terdapat dalam suatu bakal buah, bakal buah dapat dibedakan dalam:
a)      Bakal buah beruang satu (unilocularis); bakal buah yang beruang satu dapat tersusun atas satu daun buah saja, Misalnya pada bunga tumbuhan berubah polong (Leguminosae), dapat pula tersusun atas lebih daripada satu daun buah, Misalnya pada bunga papaya (Carica papaya L.), markisah (Passiflora quadrangularis L.)
b)      Bakal buah beruang dua (bilocularis). Bakal buah ini biasanya tersusun atas daun buah, seperti lazim terdapat pada warga suku Brassicaceae (kubis dan sejenisnya).
c)       Bakal buah beruang tiga (trilokularis). Bakal buah ini trjai dari tiga daun buah yang tepinya melipat  ke dalam dan berlkatan sehingga terbentuklah bakal buah dengan tiga sekat , seperti terdapat pada warga suku etah-getahan (EuphorbiaCEAE)
d)     Bakal buah beruang banyak (multilocularis), yaitu bakal buah yang tersusun atas banyak daun buah yang berlekatan dan mmbentuk banyak sekat-sekat, dan dengan demikian terjadilah banyak ruang-ruang, seperti  terdapat pada durian (durio zibethinus murr).
Dari uraian di atas dapat kita ketahui, bahwa ada bakal buah yang hanya mempunyai satu ruang saja, tetapi ada pula yang mempunyai lebih daripada satu ruang.Jika dalam bakal buah terdapat lebih dari satu ruang, maka bakal buah itu mempunyai sekat-skat atau dindig pemisah yang menyeabkan bakal buah terbagi dalam ruang-ruang tadi.
Sekat-sekat yang membagi bakal buah menjadi beberapa ruang dapat dibedakan dalam:
a)      Sekat  yang sempurna  (septum completes), yaitu jika sekat ini benar-benar membagi bakal buah menjadi lebih daripada satu ruang dan ruang-ruang yang terjadi tidak lagi mempunyai ubungan satu sama lain.
Berdasarkan asalnya sekat itu, sekat yag sempurna dapat juga dibedakan dalam dua macam:
1.      asli (septum), yaitu jika sekat ini berasal dari sebagian daun buah yang melipat ke dalam yang lalu berubah menjadi sekat, misalnya pada durian (Durio zibethius Murr)
2.      Sekat semu (septum spurius0, yaitu  jika sekat tadi bukan merupakan sebagian dun buah, tetapi misalnya terdiri atas sutu jaringan yang terbentuk oleh dinding bakal buah. Bakal buah dengan sekat semu dapat ditmukan misalnya pada bunga kecubung (Datura metel L.)
3.      Sekat yang tidak sempurna  (septum incompletes), yaitu sekat yang membagi bakal buah menjadi beberapa ruang, tetapi ruang-ruang itu masih ada hubungannya satu sama lain. Melihat asalnya sekat itu, maka seperti halnya dengan sekat yang sempurna, sekat yang sempurna  ini dapat pula berasal dari suatu bagian daun buah, dapat pula mempunyai asal yng lain.
12.Tembuni (Placenta)
Di dalam bakal buah terdapat calon-calon biji yang dinamakan bakal biji, yang berjumla satu atau lebih.Bakal biji itu dapat bakal buah terdapat pada bagian khususyang menjadi pndukung bakal biji tadi. Bagian bakal buah yang mnjadi pendukung bakal biji atau menjadi tempat duduknya bakal-bakal biji dinamakan:Tembuni(Plaenta).
 tembuni jadi juga bakal bijinya) di dalam bakal buah berbeda-beda. Dalam menyebutkan letak tembuni seringkali diperhatikan pula letak tembuni itu pada daun buah yang menjadi penyusun bakal buah tadi.
Menurut letaknya, tembuni dibedakan dalam yang:
a.    Marginal (Marinalis), bila letaknya pada tepi daun buah,
b.    Laminal (Laminalis), bila letaknya pada helaian daun buahnya.
Untuk bakal buah yang hanya terdiri atas satu ruang, maka kemungkinan letak tembuninya adalah:
1.      Parietal (Parietalis), yaitu pada dinding bakal-bakal buah, yang jika diperhatikan pula bagaimana letaknya pada daun buah, dapat dibedakan dalam dua macam:
-              Pada dinding di tepi daun buah(parietalis-marginalis)
-              Pada dinding I helaian daun buah (parietalis-laminaris)
2.      Sentral (centralis atau axilis), yaitu di pusat atau di poros, bila tembuni terdapat di tengah-tengah rongga bakal buah yang beruang satu, biasanya berbentuk buluh atau silinder dengan bakal-bakal bijinya menghadap ke semua jurusan (menghadap ke arah dinding bakal buah).
3.       Aksilar (asilaris), yaitu disudut  tengah, bila tembuni terdapat pada bakal buah yang beruang lebih daripada dua dan tembuni tadi terdapat dalam sudut pertemuan daun-daun buah yang melipat ke dalam dan merupakan sekat-sekat bakal buah. Jika ditinjau letaknya pada daun buah, jadi bersifat marginal.
13. Bakal Biji (Ovolum)
Bakal biji atau calon biji sendiri duduk pada tembuni dengan cara yang berbeda-beda pula.
 Pada umunya pada bakal biji dapat dibedakan bagian-bagian berikut:
1.      Kulit bakal biji(intgumentum), yaitu lapisan bakal biji yang paling luar, yang kelak akan merupakan  kulit biji. Bakal biji dapat mempunyai satu atau dua lapisn kulit bakal bji.
2.      Badan bakal buah atau nuselus (nucellus), yaitu jaringan yang diselubungi oleh kulit bakal bji tadi.
3.       Kandung lembaga  (saccus embryonalis), sebuah sel dalam nuselus yang mengandung sel telur(ovum), dan kalau sudah terjadi pembuahan (peleburan sel telur dengan inti kelamin jantan).akan menjadi lembaa(embryo)yaitu calon individu baru.
4.      Liang bakal biji (micropyle), yaitu suatu liang pada kulit bakal biji, yag mnjadi jalan inti kelamin jantannyang berasal dari buluh serbuk sari untuk dapat brtmu dengan sel  telur yang terdapat dalam kandung lembaga, sehingga dapat berlangsung peristia pembuahan.
5.      Tali pusar (funiculus), pendukung bakal biji, yang menghubungkan bakal biji dengan tembuni.
Letak bakal biji pada tembuni dan jumlah kulit bakal bii merupakan sifat-sifat yang penting dalam pengenalan (identifikasi) dan penggolongan (klasifikasi) alam tumbuhan
.Mengapa letak bakal biji pada tembuni dapat dibedakan lima posisi utama, yaitu bakal-bakal yang:
a.       Tegak (atropus), yaitu jika liang bakal biji letaknya pada satu garis dengan tali pusar (funiculus)pada arah yang berlawanan
b.       Mengangguk (anatropus), jika liang bakal biji sejajar dengan tali pusar, karena tali pusarnya membengkok, sehingga liang bakal pusar berputar 1800
c.       Bengkok (campyloptropus), bila tali pusar dan bakal bijinya sendiri membengkok, sehingga liang bakal biji berkedudukan seperti pada bakal biji yag mengangguk
d.      Setengah mengangguk(hemitropus , hemianatropus), yaitu jika hanya ujung tali pusarnya yang membengkok , sehingga tali pusar  dengan liang bakal biji membuat sudut 900 satu sama lain.
e.       Melipat (camptotropus), jika tali pusar tetap lurus, tetapi bakal bijinya sendiri yang melipat, sehingga liang bakal biji menjadi sejajar pula dngan tali pusarnya.
14.Tangkai Kepala Putik (Stylus)
Tangkai kepala putik merupakan bagian putik yang biasanya berbentuk benang dan merupakan lanjutan bakal buah keatas.Tangkai kepala putik iu brbntuk buluh atau buluh yang dalamnya berongga, mempunyai saluran tangkai kepala putik(canalis stylinus) atau tidak. Umumnya tangkai kepala putik mudah dibedakan dari tangkai sari, karena kebanyakan lebih besar.Adanya tangkai kepala putik masih memperlihatkan asalnya sebagai metamorphosis daun, yaitu mempunyai bentuk yang pipih lebar seperti daun, misalnya pada bunga tasbih (Canna sp.)
Jika dibandingkan dengan  tangkai sari, tangkai kepala putik ada yang lebih panjang, dan ada pula yang lebih pndekdaripada tangkai sarinya. Sehubungan Tangkai kepala putik ada yang bercabang ada yang tidak, dan jika bercabang, tiap ujung cabang tangkai kepala putik itu mendukung kpala putik, jadi pada tangkai kepala putik yang bercabang terdapat lebih banyak kpala putik daripada tankai kpala putiknya dengan itu letak kepala putik dapat lebih tinggi,sama tinggi, atau lebih rendah daripada kepala sarinya. Hal ini berpengaruh besar terhadap masalah penyerbukan bunga yang ber sangkutan.
15. Kepala Putik (Stigma)
Kepala putik adalah bgian putik yang paling atas, yang terdapat pad ujung tangkai kepala putik atau ujung kepala tangkai kepala putik itu. Bagian ini berguna untuk mnangkap sebuk sari, jadi mempunyai peranan yang penting dalam penyerbukan. Oleh sebab itu bentuk dan sifanya disesuaikan pula dengan bentuk fungsinya untuk menangkap serbuk sari tadi. Jika kepala putik siap utuk diserbuki, maka biasanya berperekat, dan dngan demikian serbuk sari yang oleh karena sesuatu sebab jatuh padanya, tidak akan dapat terlpa lagi.
Bentuk kepala putik amat beraneka ragam, biasanya disesuaikan dengan cara penyerbukan pada bunga yang bersangkutan.
a.       Seperti benang, misalnya pada bunga jagung (zea mays L )
b.       Seperti bulu ayam, pada bunga padi (Oryxza sativa L)
c.        Seperti bulu-bulu, misalna pada buga kacipir (Psop hocarpus tetrgonolobus D.C)
d.       Bulat, misalnya pada bunga jeruk(Citrus sp )
e.       Bermacam-macam bentuk lain lagi, misalnya seperti bibir, seperti cawan,serupa daun mahkota.
16. Kelenjar Madu (Nectrium)
Bunga yang dikunjungi binatang itu umumnya bunga yang sudah siap untuk diserbuki, baik kepala sari maupun kepala putiknya sudah masak melakukan tugasnya. Dalam kunjungannya pada bunga untuk mencari makan, pada binatang tadi akan melekat serbuk-serbuk sari, yang pada kunjunganyna pada bunga lain  serbuk yang trebawa itu ada kemungkinan menyentuh kepala putik, dan dengan demikian terjadilah penyerbukan.
Dengan demikian dapat kita ketahui, bahwa madu (nectar) yang dihasilkan oleh bunga, bagi tumbuhannya sendiri mempunyai arti yang penting, yaitu menyebabkan adanya kunjungan binatang yang dapat menjadi perantara dalam proses penyerbukan, dan dngan itu ikut memainkan peranan dalam menjamain  terjadinya keturunan baru yang setrusnya akan menjamin kelestarian jenis tumbuhan itu diata bumi ini.
Madu yang terdapat pada bunga biasanya dihasilkan oleh kelenjar madu (nectarium), yang berdasar asalnya dibedakan dalam:
a.       Kelenjar madu yang merupakan suatu bagian khusus(suatu alat tambahan) pada bunga.
b.       Kelenjar madu yang terjadi dari salah suatu bagian bunga yang  telah mengalami metamorphosis dan telah berubah pula tugasnya.
Mengenai bentuk dan tempatnya pada bungapun amat bermacam-macam:
1.  Seperti subang diatas bakal buah dan melingkari tangkai kepala putik, misalnya pada bunga jeruk(citrus sp)
2.   Seperti cakram pada dasar bunga, di sbelah bawah bakal buah, dll.     
Kelenjar madu yang merupakan, metamorfosis  salah suatu bagian bunga dapat berasal dari:
a.       Daun mahkota,
b.       Benang sari,
c.          Bagian-bagian lain pada bunga.
17.Penyerbukan atau Persarian (Pollinatio) dan Pembuahan (Fertilisatio)
Penyerbukan atau polinasi adalah transfer serbuk sari/polen ke kepala putik (stigma). Kejadian ini merupakan tahap awal dari proses reproduksi (Ashari,1998).
Menurut Elisa (2004) penyerbukan merupakan :
-          pengangkutan serbuk sari (pollen) dari kepala sari (anthera) ke putik (pistillum) 
-        peristiwa jatuhnya serbuk sari (pollen) di atas kepala putik (stigma).         
                      Bunga merupakan alat reproduksi yang kelak menghasilkan buah dan biji Di dalam biji ini terdapat calon tumbuhannya (lembaga). Terjadi buah dan biji serta calon tumbuhan baru tersebut karena adanya penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan merupakan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhan berbiji
tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk tumbuhan berbiji telanjang) (Sutarnodkk,1997).           
          Menurut Ashari (1998) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar prose polinasi berjalan lancar dengan hasil optimal, antara lain:
1. Sistem penyilangan (breeding system) dan variasi jenis kelamin yang menentukan      perlunya penyerbukan silang.
2. Saat penyebaran serbuk sari, reseptimatis stigma induk bunga, seluruh tanaman/ pohon yang dikaitkan dengan aktivitas harian serta musiman vektor penyebuk.
3. Vektor yang berperan dalam penyerbukan.
4. Pengaruh cuaca terhadap sinkronisasi pembungaan, penyebaran serbuk sari, sering aktivitas vektor.                                                                          
Bunga merupakan organ tumbuhan yang nantinya akan menjadi buah dan di dalam buah nanti akan terjadi biji, dan di dalam bijilah terdapat calon tumbuhan baru. Penyerbukan ialah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhan biji tertutup) atau jatunya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk tumbuhan yang berbiji telanjang), Sedangkan yang dimaksud dengan Pembuahan ialah terjadinya perkawinan (persatuan atau peleburan menjadi satu) sel telur yang terdapat dalam kandung lembaga didalam bakal biji dengan suatu inti yang berasal dari serbuk sari. Pembentukan calon tumbuhan baru (lembaga) yang disertai dengan peristiwa perkawinan antara sel telur dengan inti sperma,disebut: amfimiksis (amphimixis), disebut : apomiksi (apomixis), jdi partenogenesis adalah salah satu contoh peristiwa apomiksis. Di samping partenogenesis, masih ada peristiwa yang lain-lain lagi yang dapat digolongkan dalam apokmisic.

Berdasarkan asalnya serbuk sari yang jatuh dikepala putik itu, penyerbukan dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu :
a.       Penyerbukan sendiri (autogamy), yaitu jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga itu sendiri,
b.       Penyerbukan tetangga (geitonogamy), jika serbuk sari yang jatuh dikepala  putik berasal dari bunga lain pada tumbuhan itu juga,
c.        Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy), jika serbuk sari yang jatuh dikepala putik itu berasal dari bunga tumbuhan lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama.
d.      Penyerbukan bastar (hybridogamy), jika serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang berbeda jenisnya, atau sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat beda.
Berdasarkan perbedaan waktu masak antara kepala sari dan kepala putik pada bunga yang memperlihatkan dikogami, kita dapat membedakan :
1.  Protandri atau proterandri (protandry, proterogyny), jika dalam satu bunga yang    masak lebih dulu adalah kepala sarinya, baru kemudian kepala             putiknya.
2. Protogini atau proterogini (protogyny, proterogyny),jika yang masak lebih dulu adalah putiknya, baru belakangan kepala sarinya.
- Adanya herkogami (hercogamy), yaitu jika pada bunga yang sempurna, duduknya kepala sari dan kepala putik amat berjauhan satu sama lain, seperti misalnya terdapat pada bunga tumbuhan yang berbunga kupu-kupu (papilionanceae) dan anggerik (orchidaceae)
- Adanya heterostili (heterostyly), yaitu suatu variasi herkogami, bila pada beberapa individu tumbuhansejenis (species) terdapat bunga-bunga pada benang sari dan tangkai putik yang berbeda sekali panjangnya, sehingga dengan demikian penyerbukan sendiri tak mungkin dapat terjadi.
Heterostili  dapat dibedakan lagi dalam :
1.    Heterodistili (heterodistyly), jika pada suatu jenis (species) tumbuhan             ditemukan individu-individu dengan dua bentuk (diomosfisme) bunga, yaitu :
-        Individu dengan bunga yang bertangkai putik panjang dan benang sari yang pendek.
-       Individu dengan bunga yang bertangkai putik pendeng dan benang sari yang panjang.
2.      Heterotristili (heterotristyly), jika dalam suatu jenis (species) ada individu-   individu yang :
-        Mempunyai bunga dengan tangkai putik pendek dengan benang sari yang sedang atau panjang.
-        Mempunyai bunga dengan tangkai putik sedang dan benang sari yang pendek atau panjang.
-       Mempunyai bunga dengan tangkai putik yang panjang dan benang sari pendek atau sedang.
Adanya peristiwa kemandulan (sterilitas). Bunga yang mempunyai sifat ini, walaupun diserbuki, tetapi penyerbukan diikuti oleh pembuahan, bahkan mungkin penyerbukan itu justru menyebabkan gugurnya putik dan bunganya. Jika yang menyebabkan keguguran putik (abortus) itu serbuk sari dari bunga itu sendiri. Kemandulan sendiri sering terlihat pada anggerik, oleh sebab itu untuk mendapatkan biji anggerik perlu diadakan penyerbukan silang.
Tanaman yang mempunyai nilai strategis yang sangat penting, pada umumnya, tidak mempunyai masalah dalam penyerbukan, misalnya tanaman pangan (Padi,Jagung,Palawija dan kedelai). Pada umumnya tanaman tersebut bersifat self fertile, artinya menghasilkan tepung sari yang subur demikian juga putiknya. Jenis bunga tanaman pangan seperti padi, kedelai da kacang hijau adalah sempurna, yaitu dalam sekuntum bunga terdapat bunga jantan (stamen) dan bunga betina (pistil). Hal tersebut memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri (self pollination). Di sisi lain, sekelompok tanaman yang pada umumnya tanaman buah-buahan tahunan bersifat self infertile. Ketidaksuburan tepung sari maupun ketidaknormalan putik menyebabkan permasalahan dalam proses penyerbukan maupun pembuahannya (Ashari,2004).
Pada proses penyerbukan, apabila bunga dalam suatu tanaman memiliki tepung sari yang tidak subur maka bunga tersebut memerlukan tepung sari lain yang subur. Ada juga tanaman yang mempunyai bunga sempurna,namun susunan morfologi bunga tidak memungkinkan terjadinya self pollination, misalnya terpisahnya bunga jantan dan bunga betina (salak dan kurma) atau halangan fisik lainnya Dengan demikian, jenis tanaman tersebut memerlukan polinator baik yang alami seperti angin, serangga, atau hewan mamalia maupun manusia untuk memindahkan tepung sari dari kepala sari ke kepala putiknya
Menurut Vektor atau perantara yang menyebapkan dapat berlangsungya penyerbukan, dapat dibedakan dalam beberapa macam :
a.  Penyerbukan dengan perantara angin (anaemophyly, anemogamy), jika serbuk         sari sampai pada bunga yang diserbuki dengan perantara angin. Penyerbukan secara anemofili lazimnya akan terjadi pada tumbuahan yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.  Menghasilkan banyak sekali serbuk sari, le,but serta kering tidak berlekatan,            hingga mudah sekali berterbengan jika tertiup angin.
2.  Kepala putik mempunyai bentuk seperti bulu ayam atau seperti benang, hingga        kemungkinan menangkap serbuk sari yang berterbengan menjadi lebih besar.
3. Bunga seringkali tidak memiliki hiasan bunga (kelopak dan mahkota) atau   kedua bagian bunga itu amat tereduksi, sehingga benang sari maupun kepala             putiknya tidak terlindung kalau tertiup angin.
4.  Kepala sari tidak melekat erat pada tangkai sari
5. Tempat buna tidak tersembnyi.
b.  Penyerbukan dengan perantara air (hydrophyly, hydrogami). Penyerbukan dengan cara ini hanya mungkin terjadi pada tumbuhan yang hidup di air saja, baik yang hidup di air tawar ataupun di laut. Misalnya pada daerah rawa, sawah-sawahan, kolam (algae). Tetapi satu jenis tumbuhan yang berguna dan biji yaitu (Hyidrilla verticillata Presl.).
c. Penyerbukan dengan perantara binatang (zoidiophyly, zoidiogamy).              Penyerbukan seperti ini yaiut binatang mengunjungi bunga tidak mempunyai            maksud untuk menjadi perantara dalam hal penyerbukan, ,ereka bertujuan            untuk mencari makan, misalnya bertujuan mencari madu, berbeda dengan            bunga yang bersifat anemofili.
      Bunga yang bersifat zoidiofili mempunyai cirri-ciri berikut :
1.      Mempunyai warna bunga yang menarik.
2.      Mempunyai sesuatu yang menarik atau menajadi makanan binatang.
3.       Serbuk sari serin bergumpal-gumpal dan berperekat, sehingga mudah  menempel pada tubuh binatang yang mengunjungi bunga tadi.
4.      Mempunyai bentuk yang khusus, sehingga bunga dapat dikuknjungi oleh     hewan-hewan tertentu saja.
Berdasarkan  golongan binatang, penyerbukan zoidiofili dapat dibedakan antara lain :
1. Penyerbuka denga perantara serangga (entomophyly)
2. Penyerbukan dengan perantara bururng (ornithophyly)
3. Penyerbukan dengan perantara kelelawar (chiropterophyly)
4. Penyerbukan dengan perantara siput (malacophyly)
18. Diagram Bunga
Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang- penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian bunga lainnya jika masih ada, disamping keempat bagian pokok tersebut. Perlu diperhatikan, bahwa lazimnya dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga digambar penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedang dari benag sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing – masing bagian bunga tadi dan bagaimana letak dan susunanya antara yang satu dengan yang lainnya (Hidayat, 1995).
Bagian-bagian bunga duduk diatas dasar bunga, masing-masing teratur dalam satu lingkaran atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan lambing yang sama. Mengingat bahwa yang digambar pada diagram itu penampang-penampang melintang masing-masing bagian bunga, maka kemungkinan adanya persamaan gambar hanyalah mengenai daun-daun kelopak dan daun tajuk bunga, sedangkan mengenai benang sari dan puyiknya rasanya tidak akan terjadi kekeliruan.
Jika membuat diagram bunga, harus memperhatikan hal-hal berikut (Moertolo, 2004):
1.      Letak bunga pada tumbuhan, dibedakan dua macam letak bunga:
      a.       Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis).
b.  Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris).
2.     Bagian-bagian bunga yang akan dibuat diagram tadi tersusun dalam beberapa lingkaran.
Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah:
a.        Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
b.        Bagaimana susunannya terhadap sesamanya
c.         Bagaimana susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain.
d.        Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
Bagian-bagian lain pada bunga yang seringkali dapat menjadi cirri yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga antara lain yaitu (Kartasapoetro, 2004):
a.                                       Kelopak tambahan (epicalyx), umum terdapat pada tumbuhan suku Malvaceae.
b.                                        Mahkota (tajuk) tambahan (corona), yang biasa terdapat pada Asclepiadaceae.
Dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendirian pada (Salisbury, 1992):
1.                                                           Hanya menggambarkan bagian – bagian bunga menurut apa adanya
2.              Membuat diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian – bagian yang    benar – benar ada, tetapi juga menggambarkan bagian – bagian yang sudah     tidak ada (tereduksi).
Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram bunga yaitu:
a.       Diagram bunga empiric, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian -bagian bunga yang benar – benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya, oleh karena itu diagram ini juga dinamakan diagram sungguh.
b.      Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian –           bagian bunga yang sesungguhnya, juga memuat bagian – bagian yang sudah  tidak ada lagi.
19.Rumus Bunga
Susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang terdiri atas lambang-lambing, huruf-huruf, dan angka-angka, yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya (Savitri, 2005).
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian-bagian bunga. Disamping itu masih terdapat lambang-lamban lain lagi yang memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga satu sama lain (Tjitrosoepomo, 1995).
Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal – hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut (Sumardi, 1993):
1.                    Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx).
2.                         Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla.
3.                     Benang – benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan dari       androecium.
4.                      Putik, yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium.
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P, singkatan kata perigonium (Savitri, 2008) Dibelakang huruf-huruf tadi lalu ditaruhkan angka – angka yang menunjukkan jumlah masing-masing bagian tadi, dan diantara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka itu di taruh koma. Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi dari sehelai daum buah, maka rumusnya adalah (Fahn, 1991):
K5, C5, A10, G1. (Bunga merak)
Di depan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukkan simetri bunga. Biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri, yaitu: * untuk bunga yang bersimetri banyak dan tanda ↑ untuk bunga yang bersimetri satu. Jadi hal ini rumus bunga merak, yang bersifat zigomorf, rumusnya menjadi (Fahn, 1991):
↑ K5, A5, A10, G1
Sedang bunga lilia gereja yang bersifat aktinimorf rumusnya menjadi (Parwata, 2009):
P6, A6, G3
Selain lambang yang menunjukkan simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga yang banci di pakai lambang: ♀, untuk bunga jantan dipakai lambang: ♂, dan untuk bunga betina dipakai lambang: ♀. Lambang jenis kelamin ditempatkan di depan lambang simetri. Jika kedua contoh rumus tersebut di atas dilengkapi dengan lambang jenis kelamin, maka rumusnya menjadi (Sumardi, 1993):
♀ ↑ K5, A5, A10, G1 dan ♀*P6, A6, G3
Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran. Bunga – bunga yang dipakai contoh diatas misalnya masing-masing mempunyai bagian-bagiannya yang tersusun dalam 5 lingkaran. Bunga merak misalnya mempunyai 2 lingkaran benang sari, dengan 5 benang sari dari tiap lingkaran, sedang bunga lilia gereja mempunyai 2 lingkaran daun tenda bunga dan 2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran berbilang 3. Dalam hal yang demikian dibelakang huruf yang menunjukkan bagian yang tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran tadi harus di taruh 2 kali angka yang menunjukkan jumlah bagian di dalam tiap lingkaran dengan tanda + diantara kedua angka tadi. Contoh (Hidayat, 1995):
♀ ↑ K5, C5, A5 + 5,G1 dan ♀ * P3 + 3, A3 + 3, G3



























BAB III
PENUTUP
B.     Kesimpulan
Bunga memiliki bagian-bagian yaitu:
·         Tangkai bunga,
·         Dasar bunga,
·         Hiasan bunga yang tardiri dari kelopak dan mahkota bunga
·         Alat kelamin jantan dan betina yang berupa putik dan benang sari.
Bunga dapat digolongkan menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. bunga dikatakan lengkap apabila memiliki semua bagian-bagian bunga, namun bunga tak lengkap tidak  memiliki salah satu dari bagian bunga.
































DAFTAR PUSTAKA
Tjirosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada   University Press.
Morton, J. 1987. Mango. p. 221–239. In: Fruits of warm climates. Julia F.
                   Morton, Miami, FL. New York.