BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang demikian
pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan
cabang-cabang ilmu. Tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri
sendiri-sendiri. Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri
sendiri adalah Morfologi Tumbuhan. Morfologi Tumbuhan yang mempelajari bentuk
dan susunan tubuh tumbuhanpun sudah demikian besar perkembangannya hingga
dipisahkan menjadi morfologi luar dan morfologi saja (morphology in sensu
stricto = dalam arti yang sempit) dan morfologi dalam atau anatomi
tumbuhan.
Bunga (flos) merupakan salah satu organ tubuh tumbuhan yang berfungsi
sebagai alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki bentuk dan susunan
yang berbeda-beda menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat
tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Jika
kita memperhatikan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan
suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya
disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat
berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat
perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga pada tumbuhan, pada bunga terdapat
sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya sebagai
penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga
sifat-sifat yang amat menarik ialah bentuk bunga seluruhnya dan bentuk
bagian-bagiannya, warnanya, baunya, ada dan tidaknya madu ataupun zat lain.
BAB II
PEMBAHASAN
BUNGA (FLOS)
A.
PENGERTIAN
BUNGA
Akar, batang,
daun serta bagian-bagian tumbuhan lainnya yang telah dibicarakan dimuka,
merupakan bagian-bagian yang secara langsung berguna untuk mempertahankan
kehidupan (untuk penyerapan makanan, pengolahan bahan-bahan yang diserap
menjadi bahan-bahan yang di gunakan oleh
tumbuhan untuk keperluan hidupnya : bernafas, pertumbuhan dll). Tumbuhan
itu sendiri selama pertumbuhannya, oleh sebab itu Alat-alat tersebut sering
kali dinamakan pula Alat-alat pertumbuhan atau Alat-alat vegetatif.
Sebelum suatu
tumbuhan mati. Biasanya olehnya telah dihasilkan suatu alat, yang nanti akan
tumbuh manjadi tumbuhan baru. Alat yang demikian dinamakan alat
perkembangbiakan (organum reproductivum),
yang dibedakan dalam 2 golongan :yang bersifat vegetatif dan yang bersifat
generatif)
Dalam uraian
mengenai kuncup, telah kita ketehui bahwa ada kuncup yang dapat menjadi bunga
yaitu kuncup bunga (alabastrum atau gemma
florifera). Ada pula yang hanya merupakan cabang baru; ada pulang yang menjadi cabang baru dengan
bunga.
Tunas yang
mengalami perubahan bentuk yang menjadi bunga itu biasanya batangnya lalu
terhenti pertumbuhannya, merupakan tangkai dan dasar bunga, sedang daun-daunnya
sebagian tetap bsrsifat seperti daun, hanya bentuk dan warnanya berubah
berubah, dan sebagian lagi ,
mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian yang memainkan peranan dalam peristiwa-peristiwa
yang akhirnya akan menghasilkan calon individu baru.
Berhubung dengan berhentinya
pertumbuhan batang maka ruas-ruas menjadi amat pendek, sehingga bagian bunga
yang merupakan metamorfosis daunnya tersusun
dalam lingkaran-lingkaran. Bertalian dengan letak dan susunannya
bagian-bagian bunga ini dibedakan :
a.
Bunga dan bagian-bagiannya tersusun menurus
garis spiral (acyclis), misalnya
bunga cempaka ( michelia champaka L.)
b.
Bunga dan bagian-bagiannya tersusun dalam
lingkarang-lingkaran (cyclis),
misalnya : bunga terong ( solanum mengena
L.), bakung (Hyminokallis littoralis
salisb).
c.
Bunga yang sebagian bagian-bagiannya duduk
dalam lingkaran dan sebagian lain terpancar atau menurut garis spiral (hemicycllis), misalnya bunga sirsak (Annona moricata L.).
Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan, pada bunga terdapat
sifat-sifat, yang merupakan penyesuaian
untuk melaksankan tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan
sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah :
-
Bentuk bunga seluruhnya dan bagian-bagiannya
-
Warnanya
-
Baunya
-
Ada dan tidak madu ataupun zat lain.
Demikian karakteristik sifat-sifat tersebut untuk setiap jenis atau
segolongan tumbuhan, sehingga sifat-sifat bunga merupakan tanda pengenal
tumbuhan yang paling utama.
Jumlah bunga dan tata letaknya
pada suatu tumbuhan
Pada suatu tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu bunga
saja, misalnya bunga coklat (Zephyranthus
rosea Lindl ), tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak
bunga. Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan
berabunga tunggal (planta moltifora).
Sedangkan lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta
uniflora).
Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja,
biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang, jika bunganya banyak, dapat
sebagian bunga-bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian pada
ujung batang atau cabang-cabang.
Jika pada tempatnya pada tumbuhan, kita dapat membedakan :
a. Bunga
pada ujung batang (flos terminalis ),
misalnya bunga coklat tadi, kembang merak
(caesalpinia pilcherrima swartz )
b.
Bunga diketiak daun (flos lateralis atau plos axillaris ), misalnya pada kembang sepatu
(habiscus rosa sinensis L), kembang
telang (clitoria ternatea L. )
Selain dari itu pada suatu tumbuhan dapat kita lihat, bahwa
bunganya yang besar jumlahnya itu , dapat :
-
Terpancar atau terpisah-pisah ( flores sparsi ), misalnya pada kembang
sepatu tadi.
-
Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan
susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian bunga dinamakan pula : bunga
majemuk ( anthotaxis atau inflorescentia),
misalnya pada kembang merak tersebut diatas.
B.
BUNGA
MAJEMUK (Anthotaxis, Inflorescentia)
Bunga majemuk adalah sekelompok kuntum bunga
yang terangkai pada satu ibu tangkai bunga atau pada suatu susunan
tangkai-tangkai bunga yang lebih rumit. Rangkaian bunga semacam ini sangat
bervariasi, baik pada pola-pola dan kerapatan tangkai bunganya, kelengkapan
bagian-bagian pendukungnya, duduk bunga pada tangkai (filotaksi, phyllotaxy)
dan lain-lain. Susunan bunga majemuk juga biasa disebut dengan istilah perbungaan
atau infloresens (inflorescence).
A. Bagian-bagian yang bersifat seperti
batang, misalnya:
- Ibu tangkai bunga (peduncle, pedunculus), yakni tangkai utama yang mendukung keseluruhan bunga majemuk. Bagian ibu tangkai bunga di tengah-tengah perbungaan, di mana tangkai-tangkai bunga individual melekat, disebut rakis (rachis)
- Tangkai bunga (pedicel, pedicellus), yakni tangkai masing-masing kuntum bunga individual, dan
- Dasar bunga (receptacle, receptaculum), yakni ujung tangkai bunga yang mendukung bagian lain dari bunga.
B. Bagian-bagian yang bersifat seperti
daun, misalnya:
- Daun pelindung (bract, bractea), yakni daun yang pada ketiaknya muncul ibu tangkai bunga.
- Daun tangkai (bracteole, bracteola), yakni daun (1–2 helai) yang muncul pada pangkai tangkai bunga.
- Kelopak bunga (calyx), pada bunga-bunga tunggal/individual.
- Seludang bunga (spatha), yakni daun pelindung besar yang menyelubungi seluruh bunga majemuk sebelum mekar, misalnya pada suku palem-paleman (Arecaceae).
- Daun pembalut (involucre, involucrum), yakni sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam lingkaran mengitari dasar bunga majemuk. Misalnya pada Asteraceae.
- Daun kelopak tambahan (epicalyx), yakni sejumlah daun pelindung yang tersusun dalam lingkaran di bawah kelopak bunga. Misalnya pada marga Hibiscus.
- Daun –daun buah (carpella)
- Benang-benang sari ( stamina )
Bertalian dengan sifat-sifat
itu bunga majemuk dibedakan dalam tiga golongan :
a. Bunga
majemuk tidak terbatas (indeterminate): pertumbuhan monopodial.
Pucuk ibu tangkai bunga tumbuh terus, dan bunga-bunga mekar dari bawah ke atas.
Bunga majemuk
tak terbatas tidak memiliki bunga terminal yang sejati. Ujung ibu tangkai bunga
biasanya berupa pucuk yang mengerdil (rudimenter). Kedudukan bunga
terminal, dengan demikian, diisi oleh bunga subterminal (bunga di bawah pucuk).
b. Bunga
majemuk terbatas (determinate): pertumbuhan simpodial.
Bunga yang paling ujung mekar dahulu dan layu, kemudian di bawahnya, lewat
samping, muncul tangkai bunga yang lebih muda dan mekar.
Pada bunga
majemuk terbatas, apabila mekarnya bunga yang paling ujung (terminal)
diikuti dengan mekarnya bunga-bunga lain dari bawah ke atas, disebut akropetal.
Apabila mekarnya bunga-bunga lain itu dari atas ke bawah, disebut basipetal;
dan apabila mekarnya dari tengah-tengah ibu tangkai daun, disebut divergen.
Bunga majemuk tak terbatas ( inflorescentia
racemosa, inflorescentia botryoides,
inflorescentia centripetala)
1.
Tandan (recemus atau botrys ), jika bunga tangkai nyata duduk pada ibu
tangkainya. Kita dapat pula memgatakan ibu tangkai bercabang.
2.
Bulir (spica), seperti tandan tetapi bunga
tidak bertangkai, misalnya bunga jarong
3.
Untai atau
bunga lada ( amentum ), seperti
bulir, tetapi ibu tangkai hanya mendukung bunga-bunga yang berkelamin tunggal, dan runtuh
seluruhnya (bunga majemuk yang mendukung bunga jantan, yang betina menjadi buah
). Terdapat misalnya pada sirih (piper batle L.)
4.
Tongkol (spadix), seperti bulir, tetapi ibu
tangkai besar, tebal, dan seringkali berdaging, misalnya pada iles-iles (Amorphophallus variabillis), jagung (Zea mays ), tetapi hanya bunga yang
betina.
5.
Bongkol
(capitulum),
tandan atau tongkol yang mengerut, bunga-bunga terangkai serupa bola. Contohnya
bunga petai dan kerabatnya (Mimosoideae). Variasi dari bongkol
adalah bunga piringan (anthodium) pada Compositae, dengan bunga-bunga tabung
di bagian tengah dan bunga-bunga pita di tepinya.
6.
Untai
(catkin,
ament, amentum), bulir menggantung yang berisi bunga-bunga
berkelamin tunggal seperti pada lada (Piper nigrum)
atau sirih (P. betle).
7.
Bunga periuk (hymphantodium) , bunga ini dapat
dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
-
Ujung
ibu tangkai menebal
-
Ujung
ibu tangkai menebal berdaging
Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa, inflorescentia centrifuga)
1. Anak payung menggarpu (dichasium) pada ujung tangkai terdapat
satu bunga. Dibawahnya terdapat dua cabang yang sama panjang nya.
2. Bunga tangga atau bunga bercabang
seling (cincinnusi) yaitu suatu bunga
majemuk yang ibu tangkainya bercabang dan selanjutnya cabang-cabangnya
bercabang lagi tetapi setiap kali bercabang hanya terbentuk satu cabang saja.
3. Bunga sekrup (bostryx), ibu tangkai bercabang-cabang tetapi, sekali bercabang
juga hanya terbentuk satu cabang.
4. Bunga sabit (drepanium), seperti bunga sekrup tetapi semua percabangan terletak
pada suatu bidang, sehingga bunga seluruhnya menampakkan seperti sabit.
5. Bunga kipas (rhipidium), seperti bunga bercabang seling semua percabangan
terletak pada suatu bidang dan cabang tidak sama bidang.
C.
BAGIAN-BAGIAN BUNGA
Dalam
struktur bunga ada beberapa bagian bunga yang biasanya selalu ada pada bunga. Bagian-bagian bunga ini, yaitu :
1. Tangkai
bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang,
padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan yaitu bagian-bagian yang
menyerupai daun, berwarna hijau yang seakan-akan merupakan peralihan dari daun
biasa ke hiasan bunga.
2. Dasar
bunga (receptaculum) yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar dengan
ruas-ruas yang amat pendek sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorfosis
menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain bahkan
biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran
3. Hiasan
bunga (perianthium) yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang
masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-urat yang masih
jelas. Biasanya hiasan bunga dapat dibedakan dalam dua bagian yang
masing-masing duduk dalam satu lingkaran.
Bagian-bagian bunga lengkap
a. Jadi
bagian-bagian hiasan bunga itu umumnya tersusun dalam dua lingkaran.
1.
Kelopak (calyk) yaitu bagian hiasan bunga yang
merupakan lingkaran luar, biasanya berwarna hijau dan sewaktu bunga
kuncup merupakan selubungnya yang melindungi kuncup tadi terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar. Kelopak terdiri atas beberapa daun
kelopak (sepala). Daun-daun kelopak pada bunga
dapat berlekatan satu sama lain dapat pula terpisah-pisah.
2.
Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla) yaitu
bagian hiasan bunga yang terdapat pada
lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna bagian inilah yang
lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri atas sejumlah daun
mahkota (petala) yang seperti halnya dengan daun-daun kelopak dapat berlekatan atau tidak.
4. Alat-alat kelamin jantan ((androecium), bagian
ini sesungguhnya juga merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk
sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stamen). Pada bunga
benang-benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan, ada yang tersusun dalam
satu lingkaran ada pula yang dalam dua lingkaran.
5. Alat-alat
kelamin betina (gynaecium), yang ada pada bunga merupakan bagian yang biasanya
disebut putik (pistillum). Putik terdiri atas metamorfosis daun yang disebut
daun buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik dan
setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah.
Kelamin bunga
Berdasarkan alat-alat kelamin yang
terdapat pada masing-masing bunga, orang membedakan:
1.
Bunga banci
atau berkelamin dua, yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari maupun
putik. Bunga ini dinamakan pula bunga lengkap atau bunga sempurna. Misalnya
bunga terung (Solanum melongena L).
2.
Bunga
berkelamin tunggal, jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam
alat kelamin. Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi
dalam:
- Bunga jantan, jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa
putik. Mislanya bunga jagung yang terdapat dibagian atas tumbuhan.
- Bunga betina, yaitu bunga yang tidak mempunyai benang sari,
melainkan hanya putik saja. Misalnya pada bunga jagung yang tersusun
dalam tongkolnya.
3. Bunga mandul atau tidak berkelamin, dibunga tidak
terdapat benang sari maupun putik. Misalnya bunga pinggir pada
bunga matahari.
Pembagian tempat antara bagian bunga
yang satu dengan bagian yang lain
Bagian bunga yang merupakan metamorphosis daun
(kelopak, mahkota, benang sari, dan daun buah) dapat dijumpai dalam susunan
yang berbeda-beda yaitu:
1. Terpencar,
tersebar, atau menurut suatu spiral, misalnya bunga cempaka.
2. Berkarang atau melingkar, jika daun-daun kelopak, bennag sari, dan
daun-daun buah masing-masing tersusun dalam satu lingkaran seprti pada bunga
terung
3. Campuran,yaitu jika
bagian-bagian bunga tadi ada yang duduk
berkarang, sedang sebagian lain duduk terpencar,
misalnya bunga sirsat
1. simetri pada bunga
Simetri
adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk bagian-bagian
tumbuhan ( batang, daun, maupun bunga). Jika benda tadi oleh sebuah bidang
dapat dibagi menjadi dua bagian. Sedemikian rupa sehingga kedua bagian itu
saling dapat menutupi.
1.
Asimetri
(tidak simetri), jika pada bunga tidak dapat dibuat satu bidang simetri dengan
jalan apapun juga, misalnya bunga tasbih (Canna hybrid).
2.
Setangkup
tunggal (monosimetri). Jika pada bunga hanya dapat dibuat satu bidang
simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup.
Bergantung pada letaknya bidang simetri, bunga yang setangkup tunggal dapat
dibedakan lagi menjadi tiga macam:
- Setangkup
tegak, jika bidang simetrinya berimpit dengan bidang median, missal bunga
telang.
- Setangkup
mendatar, jika bidang simetrinya tegak lurus pada bidang median, dan tegak
lurus pula pada arah vertical missal bunga Corydalis.
- Setangkup
miring, jika bidang simetrinya memotong bidang median dengan sudut yang lebih
kecil misalnya bunga kecubung.
3. Setangkup
menurut dua bidang (bilateral simetris). Yaitu bunga yang dapat
dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetri yang
tegak lurus satu sama lain, misalnya bunga lobak.
4. Beratura atau bersimetri banyak. Jika dapat dibuat
banyak bidang simetri untuk membagi bunga itu dalam dua bagian yang setangkup,
misalnya bunga lilia gereja
2. Dasar bunga
(Receptaculum atau Torus)
dasar bunga sering memperlihatkan
bagian-bagian yang khusus mendukung satu bagian bunga atau lebih, bergantung
pada bagian bung a yang berbeda-beda.
a. pendukung tajuk bunga atau antofor,
yaitu bagian dasar bunag tempat duduknya daun-daun tajuk bunga.
b.
pendukung
benang sari atau androfor, bagian dasar bunga yang sering kali meninggi atau
memanjang dan menjadi tempat duduknya benang sari,
c. pendukung
putik atau ginofor, seperti terdapat pada bunga teratai besar
d. pendukung
benang sari dan putik atau androginofor, misalnya pada bunga markisah
e. cakram,
disamping bagian-bagian tersebut di atas pada dasr bunga sering kali terdapat
semacam peninggian atau bantalan berbentuk cakram yang sering kali mempunyai
kelenjar-kelenjar madu, misalnya pada bunga jeruk.
3. Bentuk
dasar bunga
di muka telah disebutkan, bahwa
dasar bunga biasanya menebal atau melebar dan memperlihatkan bermacam-macam
bentuk, misalnya:
a.
rata, hingga
semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga,
berturut-turut dari luar ke dalam
b. menyerupai
kerucut
c. seperti
cawan, daun-daun kelopak dan tajuk bunga duduknya seakan-akan pada tepi
bangunan seperti cawan.
d.
bentuk
mangkok, juga dalam hal ini kelopak dan tajuk bunga lebih tinggi
letaknya dari pada putik.
berdasarkan sifatnya bunga dapat
dibedakan dalam 3 golongan, yaitu yang:
1. hipogin,
misalnya pada bunga johar
2. perigin,
misalnya pada bunga bungur
3. epegin,
misalnya pada bunga daun kaki kuda.
4.Kelopak
Kelopak tersusun atas bagian-bagiannya
yang dinamakn daun kelopak. pada bunga daun-daun kelopak mempunyai sifat yang
berbeda-beda.
a. berlekatan
pada kelopak biasanay yang berlekatan hanya bagian bawah daun- daun
kelopaknya saja, bagian atasnya yang berupa pancung-pancungnya tetap bebas.
menurut
banyak sedikitnya bagian kecil daun-daun saja yang berlekatan, dibedakan 3
macam kelopak , yaitu kelopak yang:
1.
berbagi, jika hanya bagian kecil daun-daun saja yang
berlekatan, pancung- pancungnya panjang, lebih dari separoh panjang
kelopak.
2.
bercangap, jika bagian yang berlekatan kira-kira meliputi
separoh panjangnya kelopak, jadi pancung-panungnya kira-kira juga separohnya.
3.
berlekuk, jika bagian yang berlekatan melebihi separoh
panjang kelopak, jadi pancung-pancungnya
pendek saja.
melihat simetrinya bentuk kelopak yang bermacam-macam itu dapat dibedakan
dalam 2 golongan, yaitu :
a.
Beraturan atau aktinomorf. Jika kelopak dengan
beberapa cara dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup (simetris).
Kelopak yang beraturan meluputi kelopak-kelopak yang berbentuk bintang, tabung,
terompet, mangkuk, piala corong, lonceng
b.
Setangkup tunggal atau zigomorf. Sifat yang demikian
dapat dijumpai pada kelompok yang
- Bertaji,
seperti pada bunga pacar air
- Berbibir, misalnya pada bunga
salvia.
5. Tajuk bunga atau mahkota bunga (Corolla)
Tajuk bunga atau mahkota bunga
merupakan hiasan bunga yang terdapat disebelah dalam kelopak, umumnya
lebih besar dan memiliki warna yang menarik.
Bagian-bagian tajuk bunga dinamakan daun tajuk atau
daun mahkota (petal).
Daun-daun
mahkota bunga menunjukan sifat yang berbeda-beda pula yaitu :
1.
Berlekatan. Dalam keadaan yang demikian, pada tajuk
bunga dapat dibedakan 3 bagian yaitu buluh tajuk, pinggiran tajuk, leher tajuk.
Selain daun-daun tajuk ditemukan pula alat-alat tambahan seperti sisik serta
rambut-rambut.
2.
Lepas atau
bebas. Jika daun-daun tajuk terpisah satu sama lain. Dalam keadaan demikian
pada setiap daun tajuk dapat dibedakan kuku daun tajuk dan helaian daun tajuk.
3.
Daun-daun tajuk tidak ada atau sangat kecil sehingga
sama sekali tidak menarik perhatian. Bunga tanpa tajuk bunga sering kali
dinamakan bunga telanjang.
Berdasarkan bentuk simetrinya
tajuk bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a.
Beraturan, bila tajuk bunga dapat dibagi menjadi dua
bagian yang setangkup dengan beberapa cara. Misalnya tajuk bunga yang berbentu
bintang, tabung, terompet, mangkuk, corong, lonceng.
b.
Setangkup tunggal atau bersimetri satu, jika
tajuk bunga hanya dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup dengan
satu cara saja. Tajuk bunga seperti ini sering kali mempunyai sifat dan bentuk
yang khas seperti bertaji, berbibir, berbentuk seperti kupu-kupu, bertopeng
atau berkedok, serta berbentuk pita.
6.Tenda
Bunga (Perigonium)
Tidak semua
bunga mempunyai hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan tajuk
bunganya. Berbagai jenis tumbuhan mempunyai hiasan bunga yang tidak lagi dapat
dibedakan mana kelopak dan mana tajuknya, dengan lain perkataan kelopak dan
tajuk bunga sama, baik bentuk maupun warnanya. Itulah yang disebut tenda
bunga. Bagian-bagian yang menyusun tenda bunga dinamakan daun tenda bunga
(tepala), yang menurut bentuk dan warnanya dapat dibedakan dalam dua
golongan:
1. Serupa
kelopak, seperti pada bunga berbagai jenis palma (Palmae)
2. Serupa
tajuk, seperti pada beberpa suku lilia (Liliaceae)
7.Benang Sari (Stamen)
Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan. Pada bennag
sari dapat dibedakan 3 bagian berikut:
1. Tangkai
sari yaitu bagian yang berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya
berbentuk bulat.
2. Kepala
sari yaitu bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari. Bagian ini
biasanya didalamnya terdapat 2 ruang sari dan masing-masing ruang sari semula
terdiri atas ruangan kecil-kecil. Dalam ruang sari terdpat serbuk sari dan
tepung sari yaitu sel-sel jantan yang berguna untuk penyerbukan atau persarian.
3. Penghubung
ruang sari. Bagian ini merupakan lanjutan tangkai sari yang menjadi penghubung kedua bagian kepala sari
(ruang sari).
Mengenai
duduknya bennag sari dibedakan tiga macam yaitu :
1.Benang sari
jelas duduk pada dasar benang sari. Tumbuhan yang bersifat demikian dinamakan Thalamiflorae,misalnya
jeruk.
2. Benang
sari tampak seperti duduk diatas kelopak, yang sering dapat dilihat pada bunga
perigin atau epigin. Tumbuhan demikian dinamakan Calyciflorae misalnya
pada mawar.
3. Benang
sari tampak duduk diatas tajuk bunga. Tumbuhan yang demikian disebut Corolliflorae
misalnya bunga buntut tikus.
Mengenai
jumlah bennag sari apada bunga umumnya dibedakan tiga golongan:
a) Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga
terdapat lebih dari 20 bennag sari seperti terdapat pada jambu-jambuan.
b) Jumlah benang sari 2 x lipat jumlah daun tajuknya.
Benang sari biasanya tersusun dalam dua lingkaran. Duduknya benang sari terhadap
dau-daun tajuk ada dua kemungkinan.
- Diplostemon
yaitu benang-benang sari dengan lingkaran luar duduk berseling dengan daun daun tajuk. Misalnya pada kembang
merak.
- Obdiplostemon,
jika keadaan sebaliknya artinya benang-benang sari pada lingkaran dalamlah yang
duduknya berseling dengan daun-daun tajuknya.Misalnya pada bunga geranium.
c) Benang
sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, yang dalam hal ini duduknya
benang sari dapat berupa episepal dan epipetal.
8.Tangkai Sari
(Filamentun)
Melihat jumlahnya berkas yang
merupakan perlekatan benang-benang sari tadi dapat dibedakan:
a.
Benang sari berbekas satu atau benang sari bertukal
satu yaitu jika semua tangkai sari pada satu bunga berlekatan menjadi satu.
Merupakan suatu berkas yang tengahnya berongga dan hanya bagian ujung tangkai
sari yang mendukung kepala sari saja yang masih bebas satu sama lain. Seperti
dapat kita lihat pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)
b.
Berkas sari berkas dua atau benang sari bertukal dua (diadelphus),
jika benang sari terbagii menjadi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan
dalam masing-masing kelompok. Jumlah tangkai sari dalam masing;masing kelompok
tidak perlu sama. Seperti misalnya pada tumbuhan berbunga kupu-kupu (Papilionaceae),
yang dalam setiap bunga terdapat 10 benang sari yang tersusun dalam 2
berkas, yang satu terdiri atas 9 tangkai sari, sedang berkas yang lain hanya
terdiri atas 1 tangkai sari saja.
c.
Benang sari
berbekas banyak atau benang sari bertukal banyak, yaitu jika dalam suatu bunga
yang mempunyai banyak benang sari , tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa
kelompok atau atau berkas, seperti misalnya pada bunga kapok (Ceiba
pentandra Gaertn.) yang dalam satu bunga terdapat 5 berkas benang sari
dengan tangkai-tangkainya yang berlekatan di dalam masing-masing berkas.
9.Kepala Sari (Anthera)
Kepala Sari (Anthera) adalah
bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, merupakan suatu badan
yang bentuknya bermacam-macam: bulat, jorong, bulat telur, bangun kerinjal,
dll. Di dalamnya terdapat 2 ruang sari (theca), tetapi dapat pula hanya
satu atau lebih dari 2 ruang. Satu ruang sari biasanya terdiri atas dua
kantong sari (loculumentum), tetapi sekat yang memisahkan kedua kantong
sari itu dapat hilang sehingga kedua kantong sari akhirnya menjadi satu ruang
saja.
Ruang sari merupakan tempat terbentuknya serbuk sari atau tepung sari (pollen).
Setelah terjadinya persarian (serbuk sari jatuh pada kepala putik), maka
serbuk sari itu akan tumbuh merupakan suatu buluh menjadi kebakal biji, hingga
inti sperma yang terdapat didalam serbuk sari akhirnya dapat lebur (bersatu)
dengan sel telur yang terdapat di dalam kandung lembaga. Peleburan inti sperma
dengan dengan sel telur itulah yang dinamakan pembuahan serbuk sari merupakan
badan yang amat lembut, jika terpisah-pisah mudah sekali beterbangan karena
tiupan angin, ada pula yang bergumapal-gumpal. Jika gumpalan terdiri atas 4
serbuk lazimnya dinamakan: pollen tetrade, tetapi ada pula yang tiap
gumpalan itu terdiri atas sejumlah besar serbuk sari, yang disebut pollinium,
seperti terdapat pada bunga anggrek .
Butir-butir serbuk sari sering kali juga berperekat, sehingga mudah
melekat pada tubuh hewan, misalnya serangga yang datang mengunjungi
bunga, dan serangga itulah yang membawa serbuk sari kebunga lain, dan dengan
demikian dapat membantu terlaksananya penyerbukan.
Dalam satu bunga umumnya kepala
sarinya bebas satu lain, jarang sekali menjadi satu. Contoh kepala sari yang
berlekatan satu sama lain terdapat pada bunga mata hari (Helianthus annuus L),
yang karena bentuk kepala sari pada bunga ini memanjang, maka perlekatan
kepala-kepala sari itu merupakan suatu badan yang berbentuk tabung.
Jika serbuk sari sudah masak (sudah siap untuk mengadakan persarian), maka
kepala sari akan pecah memungkinkan keluarnya butir-butir serbuk sari tadi.
Agar serbuk sari keluar dari ruang sari, kepala sari dapat membuka dengan
jalanyang berbeda-beda misalnya;
a. Dengan celah membujur (longitudinaliter dehiscens),
yang menjadi jalan keluarnya serbuk sari dapat:Menghadap ke dalam (introrsum),
seperti terdapat pada tumbuhan yang tergolong dalam suku Compositae, Misalyna
bunga matahari.dll.
b. Dengan celah yang melintang (trasversaliterdehiscens), yang tidak banyak
terdapat, sebagai contoh misalnya pada beberapa tumbuhan suku Euphorbiaceae.
c. Dengan sebuah liang pada ujung atau pangkal kepala sari(poris
dehiscens), seperti terdapat pada kentang (Solanum tuberosum L.),
d. Dengan kelep atau katup-katup (valvis dehiscens)yang
jumlahnya satu atau lebih. Misalnya pada keningar (cinamomum zelanicum
Breyn).
Ruang sari (connectivum) biasanya
kecil saja hingga seringkali tidak begitu terang. Dalam hal yan demikian,
bagiar ruang sari yang berlekatan satu sama lain hanya semmpit sekali, dan
kepala sarinya sperti berbentuk silang, seperi dapat terlihat pada bunga
rumput
Ada pula kalanya penghubung ruang
sari itu keliahatan jelas,lebar,hingga kdua ruang sarinya agak berjauhan satu
sama lain.Penghubung ruang sari dapat tidak sama lebar pada seluruh
panjangnya,hingga dari luar nampak seperti bangun segi tiga sama kaki,biasanya
menyempit ke atas.
Pada penghubung ruang sari ini
seringkali terdapat alat-alat tambahan, misalnya pada bunga biduri (Calotropis
gigantean Dryand.). Bahwa benang sari dapat memperlihatkan perkembangan yang
kurang sempurna.Dalam hal yang demikian benang sari tidak lagi menghasilkan
serbuk sari yang mampu untuk menimbulkan persarian, bahkan seringkali berubah
bentuk dan fungsinya, misalnya berubah menyerupai tajuk atau berubah menjadi
suatu kelenjar madu.Benang sari yang tidak sempurna perkembangannya dinamakan:
staminodium dan karena tidak menghasilkan serbuk sari, ada yang
menyebutnya sebagai benang sari yang mandul.
Dalam suatu bungayang diharapkan
akan memperlihatkan adanya benang sari, sering sari tidak ada, sering kali
benang sari tidak ada, hanya kadang-kadang tampak sisa-sisanya saja
(rudimntum).Kita dapat pula mengatakan dalam hal yang demikian, bahwa bunga itu
mempunyai benang sari yang bersifat rudimenter.Pada bunga betina seringkali
masih kita temukan sisa-sisa benang sari, yang memberikan petunjuk kepada kita,
bahwa bunga betina itu berasal dari bunga banci yang kehilangan alat kelamin
jantannya (benang sarinya).
10.Putik
(Pistillum)
Putik merupakan bagian bunga yang
paling dalam letaknya, dan kalau benang sari merupakan alat kelamin jantan bagi
bunga, maka putik merupakan alat kelamin betinanya.Putik pun tersusun atas
daun-daun yang telah mengalami metamorfosis.Daun-daun penyusun putik disebut
daun buah (carpellum), dan daun-daun buah sebagai keseluruhan yang
menyusun putik itu dinamakan: gynaecium.Bahwasannya putik pun merupakan
mtamorfosis daun sudah amat sukar untuk dbuktikan, tetapi pada tumbuhan berbiji
telanjang, Misalnya pakis haji (Cycas rhumpii mic.).Hal itu masih keliatan jelas.
Putik merupakan alat kelamin betina,
yang salah satu bagiannya mengandung sel telur yang setelah dibuahi oleh
inti sperma yang berasal dari serbuk sari, akhirnya akan berkembang menjadi
lembaga , dan lembaga itulah yang nantinya akan merupakan tumbuhan baru.Bagian
putik yang mengandung sel telur itu namanya bakal biji (ovulum) yang akhirnya
akan menjadi biji (semen), dan sementara itu bagian putik yang di dalamnya
terdapat bakal biji tadi, yaitu bakal buahnya (ovarium), akan berubah menjadi
buah (fructus).
Pada setiap bunga lazimnya hanya
terdapat satu putik saja, Misalnya pada bunga kapas (Gossypium sp.), tetapi ada
pula bunga yang mempunyai lebih dari satu putik, bahkan ada yang mempunyai
banyak putik, Misalnya bunga sirsat (Annona muricata L.).
Seperti telah dikemukakan,
bagian-bagian yang menyusun putik adalah daun-daun pula yang mengalami
metamorphosis, yaitu: daun buah (carpellum).Daun-daun buah itulah yang akhirnya
akan merupakan bagian buah yang paling pinggir (kulit buah).
Menurut banyaknya daun buah yang
menyusun sebuah putik, putik dapat dibedakan dalam:
a)
Putik tunggal (simplex), yaitu jika putik hanya
tersusun atas sehelai daun buah saja, Misalnya terdapat pada semua tumbuhan
yang berbua polong: kacang-kacangan, dll.(Legumi nosae)
b)
Putik majemuk (compositus), jika putik terjadi dari
dua daun buah atau lebih, seperti misalnya pada kapas (Gossypium sp.)
Banyaknya daun buah yang menyusun
putik seringkali masih dapat kita lihat dengan nyata, walaupun sementara itu
putik telah berubah menjadi buah , yaitu dengan melihat sudut-sudut atau
rigi-rigi maupun alur-alur yang seringkali terlihat pada bagian luar kulit
buah.Jika kita mengamati buah kelapa misalnya, dengan mudah dapat kita
tentukan, bahwa buah itu semula berasal dari putik yang tersusun atas tiga daun
buah.
Jika kita melakukan pemeriksaan pada
bunga, maka untuk mengetahui jumlah daun buah yang menyusun putik, dapat kita
buat irisan melintang putik melalui bakal buahnya.Jumlah daun buah seringkali
sesuai dengan jumlah tembuni (placenta) atau jumlah ruang bakal buah tadi.
Pada putik dapat dibedakan bagian-bagian berikut:
a)
Bakal buah (ovarium), yaitu bagian putik yang lazimnya
kelihatan membesar dan duduk pada dasar bunga.
b)
Tangkai kepala putik (stylus), bagian putik yang
sempit dan terdapat di atas bakal buah. biasanya berbentuk benang.
c)
Kepala putik
(stigma), ialah putik bagian yang paling atas.terletak pada ujung tangkai
kepala putik tadi.
11.Bakal Buah (ovarium)
Bakal buah adalah bagian putik yang membesar dan biasanya terdapat di
tengah-tengah dasar bunga.Dalam bakal buah terdapat calon biji atau bakal biji
(ovulum), yang bakal biji itu teratur pada tempat-tempat tertentu dalam bakal
buah tadi.Bagian yang merupakan pendukung bakal biji, disebut tembuni
(placenta).
Menurut
letaknya terhadap dasar bunga kita membedakan:
a)
Bakal buah
menumpang (superus), yaitu jika bakal buah duduk di atas dasar bunga sedemikian
rupa, sehingga bakal buah tadi lebih tinggi, sama tinggi atau bahkan mungkin
lebih rendah daripada tepi dasar bunga, tetapi bagian samping bakal buah
tidak pernah berlekatan dengan dasar bunga.Biasanya bakal buah yang menumpang
kita dapati pad bunga yang dasar bunganya cembung, rata, atau cekung dangkal
seperti cawan.
b)
Bakal buah
setengah tenggelam (hemi inferus), yaitu jika bakal buah duduk pada dasar bunga
cekung, jadi tempat duduknya bakal buah selalu lebih rendah daridapa tepi dasar
bunga, dan sebagian dinding bakal buah itu berletakan dengan dasar bunga yang
berbentuk mangkuk atau piala.
c)
Bakal buah
tenggelam (inferus), seperti pada b,tetapi seluruh bagian sampan baklal buah
berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala tadi.
Telah dikemukakan bahwa pada satu
bunga mungkin terdapat lebih daripada satu putik, yang masing-masing terdiri
atas satu daun buah.Jadi pada bunga itu terdapat daun-daun buah yang tidak
berlekatan satu sama lain.Dalam hal yang demikian dikatakan bahwa bakal buah
atau putiknya bersifat: apokarp (pistillum apocarpum). Jika bakal buah terdiri
atas beberapa daun buah yang berlekatan satu sama lain, maka bakal buah
(putiknya) dinamakan senokarp (pistillum coenocarpum).Jika perlekatan daun-daun
buah itu hanya merupakan satu putik dengan satu ruang saja, disebut: parakarp
(pistillum paracarpum), tetapi jika dari perlekatan daun-daun buah itu terbentuk
putik dengan jumlah ruang yang sesuai dengan jumlah daun buahnya, maka
bakal buah atau putik yang demikian itu dinamakan: sinkarp (pistillum
syncarpum).
Berdasar jumlah ruang yang terdapat
dalam suatu bakal buah, bakal buah dapat dibedakan dalam:
a)
Bakal buah beruang satu (unilocularis); bakal buah
yang beruang satu dapat tersusun atas satu daun buah saja, Misalnya pada bunga
tumbuhan berubah polong (Leguminosae), dapat pula tersusun atas lebih daripada
satu daun buah, Misalnya pada bunga papaya (Carica papaya L.), markisah
(Passiflora quadrangularis L.)
b)
Bakal buah beruang dua (bilocularis). Bakal buah ini
biasanya tersusun atas daun buah, seperti lazim terdapat pada warga suku
Brassicaceae (kubis dan sejenisnya).
c)
Bakal buah
beruang tiga (trilokularis). Bakal buah ini trjai dari tiga daun buah yang
tepinya melipat ke dalam dan berlkatan sehingga terbentuklah bakal buah
dengan tiga sekat , seperti terdapat pada warga suku etah-getahan
(EuphorbiaCEAE)
d)
Bakal buah beruang banyak (multilocularis), yaitu
bakal buah yang tersusun atas banyak daun buah yang berlekatan dan mmbentuk
banyak sekat-sekat, dan dengan demikian terjadilah banyak ruang-ruang,
seperti terdapat pada durian (durio zibethinus murr).
Dari uraian di atas dapat kita
ketahui, bahwa ada bakal buah yang hanya mempunyai satu ruang saja, tetapi ada
pula yang mempunyai lebih daripada satu ruang.Jika dalam bakal buah terdapat
lebih dari satu ruang, maka bakal buah itu mempunyai sekat-skat atau dindig
pemisah yang menyeabkan bakal buah terbagi dalam ruang-ruang tadi.
Sekat-sekat yang membagi bakal buah
menjadi beberapa ruang dapat dibedakan dalam:
a)
Sekat
yang sempurna (septum completes), yaitu jika sekat ini benar-benar
membagi bakal buah menjadi lebih daripada satu ruang dan ruang-ruang yang
terjadi tidak lagi mempunyai ubungan satu sama lain.
Berdasarkan asalnya sekat itu, sekat
yag sempurna dapat juga dibedakan dalam dua macam:
1.
asli (septum), yaitu jika sekat ini berasal dari
sebagian daun buah yang melipat ke dalam yang lalu berubah menjadi sekat,
misalnya pada durian (Durio zibethius
Murr)
2.
Sekat semu (septum spurius0, yaitu jika sekat
tadi bukan merupakan sebagian dun buah, tetapi misalnya terdiri atas sutu
jaringan yang terbentuk oleh dinding bakal buah. Bakal buah dengan sekat semu dapat
ditmukan misalnya pada bunga kecubung (Datura
metel L.)
3.
Sekat yang tidak sempurna (septum incompletes), yaitu sekat yang membagi bakal buah menjadi
beberapa ruang, tetapi ruang-ruang itu masih ada hubungannya satu sama lain.
Melihat asalnya sekat itu, maka seperti halnya dengan sekat yang sempurna,
sekat yang sempurna ini dapat pula berasal dari suatu bagian daun buah,
dapat pula mempunyai asal yng lain.
12.Tembuni (Placenta)
Di dalam bakal buah terdapat calon-calon biji yang dinamakan bakal biji, yang
berjumla satu atau lebih.Bakal biji itu dapat bakal buah terdapat pada bagian
khususyang menjadi pndukung bakal biji tadi. Bagian bakal buah yang mnjadi
pendukung bakal biji atau menjadi tempat duduknya bakal-bakal biji
dinamakan:Tembuni(Plaenta).
tembuni jadi juga bakal bijinya) di dalam bakal buah berbeda-beda.
Dalam menyebutkan letak tembuni seringkali diperhatikan pula letak tembuni itu
pada daun buah yang menjadi penyusun bakal buah tadi.
Menurut letaknya, tembuni dibedakan
dalam yang:
a. Marginal
(Marinalis), bila letaknya pada tepi daun buah,
b.
Laminal (Laminalis), bila letaknya pada helaian daun buahnya.
Untuk bakal buah yang hanya terdiri atas satu ruang, maka kemungkinan letak
tembuninya adalah:
1.
Parietal (Parietalis), yaitu pada dinding bakal-bakal
buah, yang jika diperhatikan pula bagaimana letaknya pada daun buah, dapat
dibedakan dalam dua macam:
-
Pada dinding di
tepi daun buah(parietalis-marginalis)
-
Pada dinding I
helaian daun buah (parietalis-laminaris)
2.
Sentral (centralis atau axilis), yaitu di pusat atau
di poros, bila tembuni terdapat di tengah-tengah rongga bakal buah yang beruang
satu, biasanya berbentuk buluh atau silinder dengan bakal-bakal bijinya
menghadap ke semua jurusan (menghadap ke arah dinding bakal buah).
3.
Aksilar (asilaris), yaitu disudut tengah,
bila tembuni terdapat pada bakal buah yang beruang lebih daripada dua dan
tembuni tadi terdapat dalam sudut pertemuan daun-daun buah yang melipat ke
dalam dan merupakan sekat-sekat bakal buah. Jika ditinjau letaknya pada daun buah,
jadi bersifat marginal.
13. Bakal Biji (Ovolum)
Bakal biji atau calon biji sendiri duduk pada tembuni dengan cara yang
berbeda-beda pula.
Pada umunya pada bakal biji dapat
dibedakan bagian-bagian berikut:
1.
Kulit bakal biji(intgumentum), yaitu lapisan bakal
biji yang paling luar, yang kelak akan merupakan kulit biji. Bakal biji
dapat mempunyai satu atau dua lapisn kulit bakal bji.
2.
Badan bakal buah atau nuselus (nucellus), yaitu
jaringan yang diselubungi oleh kulit bakal bji tadi.
3.
Kandung lembaga (saccus embryonalis),
sebuah sel dalam nuselus yang mengandung sel telur(ovum), dan kalau sudah
terjadi pembuahan (peleburan sel telur dengan inti kelamin jantan).akan menjadi
lembaa(embryo)yaitu calon individu baru.
4.
Liang bakal biji (micropyle), yaitu suatu liang pada
kulit bakal biji, yag mnjadi jalan inti kelamin jantannyang berasal dari buluh
serbuk sari untuk dapat brtmu dengan sel telur yang terdapat dalam
kandung lembaga, sehingga dapat berlangsung peristia pembuahan.
5.
Tali pusar (funiculus), pendukung bakal biji, yang
menghubungkan bakal biji dengan tembuni.
Letak bakal biji pada tembuni dan jumlah kulit bakal bii merupakan
sifat-sifat yang penting dalam pengenalan (identifikasi) dan penggolongan
(klasifikasi) alam tumbuhan
.Mengapa letak bakal biji pada tembuni dapat dibedakan lima posisi utama,
yaitu bakal-bakal yang:
a.
Tegak (atropus), yaitu jika liang bakal biji letaknya
pada satu garis dengan tali pusar (funiculus)pada arah yang berlawanan
b.
Mengangguk (anatropus),
jika liang bakal biji sejajar dengan tali pusar, karena tali pusarnya
membengkok, sehingga liang bakal pusar berputar 1800
c.
Bengkok (campyloptropus), bila tali pusar dan bakal
bijinya sendiri membengkok, sehingga liang bakal biji berkedudukan seperti pada
bakal biji yag mengangguk
d.
Setengah mengangguk(hemitropus , hemianatropus), yaitu
jika hanya ujung tali pusarnya yang membengkok , sehingga tali pusar
dengan liang bakal biji membuat sudut 900 satu sama lain.
e.
Melipat (camptotropus), jika tali pusar tetap lurus,
tetapi bakal bijinya sendiri yang melipat, sehingga liang bakal biji menjadi
sejajar pula dngan tali pusarnya.
14.Tangkai Kepala Putik (Stylus)
Tangkai kepala putik merupakan bagian putik yang biasanya berbentuk benang
dan merupakan lanjutan bakal buah keatas.Tangkai kepala putik iu brbntuk buluh
atau buluh yang dalamnya berongga, mempunyai saluran tangkai kepala
putik(canalis stylinus) atau tidak. Umumnya tangkai kepala putik mudah
dibedakan dari tangkai sari, karena kebanyakan lebih besar.Adanya tangkai
kepala putik masih memperlihatkan asalnya sebagai metamorphosis daun, yaitu
mempunyai bentuk yang pipih lebar seperti daun, misalnya pada bunga tasbih
(Canna sp.)
Jika dibandingkan dengan tangkai sari, tangkai kepala putik ada yang
lebih panjang, dan ada pula yang lebih pndekdaripada tangkai sarinya.
Sehubungan Tangkai kepala putik ada yang bercabang ada yang tidak, dan jika
bercabang, tiap ujung cabang tangkai kepala putik itu mendukung kpala putik,
jadi pada tangkai kepala putik yang bercabang terdapat lebih banyak kpala putik
daripada tankai kpala putiknya dengan itu letak kepala putik dapat lebih
tinggi,sama tinggi, atau lebih rendah daripada kepala sarinya. Hal ini
berpengaruh besar terhadap masalah penyerbukan bunga yang ber sangkutan.
15. Kepala
Putik (Stigma)
Kepala putik adalah bgian putik yang paling atas, yang terdapat pad ujung
tangkai kepala putik atau ujung kepala tangkai kepala putik itu. Bagian ini
berguna untuk mnangkap sebuk sari, jadi mempunyai peranan yang penting dalam
penyerbukan. Oleh sebab itu bentuk dan sifanya disesuaikan pula dengan bentuk
fungsinya untuk menangkap serbuk sari tadi. Jika kepala putik siap utuk
diserbuki, maka biasanya berperekat, dan dngan demikian serbuk sari yang oleh
karena sesuatu sebab jatuh padanya, tidak akan dapat terlpa lagi.
Bentuk kepala putik amat beraneka ragam, biasanya disesuaikan dengan cara
penyerbukan pada bunga yang bersangkutan.
a.
Seperti benang, misalnya pada bunga jagung (zea mays L
)
b.
Seperti bulu ayam, pada bunga padi (Oryxza
sativa L)
c.
Seperti bulu-bulu, misalna pada buga kacipir
(Psop hocarpus tetrgonolobus D.C)
d.
Bulat, misalnya pada bunga jeruk(Citrus sp )
e.
Bermacam-macam bentuk lain lagi, misalnya seperti
bibir, seperti cawan,serupa daun mahkota.
16. Kelenjar Madu (Nectrium)
Bunga yang dikunjungi binatang itu umumnya bunga yang sudah siap untuk
diserbuki, baik kepala sari maupun kepala putiknya sudah masak melakukan
tugasnya. Dalam kunjungannya pada bunga untuk mencari makan, pada binatang tadi
akan melekat serbuk-serbuk sari, yang pada kunjunganyna pada bunga lain
serbuk yang trebawa itu ada kemungkinan menyentuh kepala putik, dan dengan
demikian terjadilah penyerbukan.
Dengan demikian dapat kita ketahui, bahwa madu (nectar) yang dihasilkan
oleh bunga, bagi tumbuhannya sendiri mempunyai arti yang penting, yaitu
menyebabkan adanya kunjungan binatang yang dapat menjadi perantara dalam proses
penyerbukan, dan dngan itu ikut memainkan peranan dalam menjamain
terjadinya keturunan baru yang setrusnya akan menjamin kelestarian jenis
tumbuhan itu diata bumi ini.
Madu yang terdapat pada bunga biasanya dihasilkan oleh kelenjar madu
(nectarium), yang berdasar asalnya dibedakan dalam:
a.
Kelenjar madu yang merupakan suatu bagian khusus(suatu
alat tambahan) pada bunga.
b.
Kelenjar madu yang terjadi dari salah suatu
bagian bunga yang telah mengalami metamorphosis dan telah berubah pula
tugasnya.
Mengenai
bentuk dan tempatnya pada bungapun amat bermacam-macam:
1. Seperti subang diatas bakal buah dan melingkari tangkai kepala
putik, misalnya pada bunga jeruk(citrus sp)
2. Seperti cakram pada dasar bunga, di sbelah bawah bakal
buah, dll.
Kelenjar
madu yang merupakan, metamorfosis salah suatu bagian bunga dapat berasal
dari:
a.
Daun mahkota,
b.
Benang sari,
c.
Bagian-bagian lain pada bunga.
17.Penyerbukan atau Persarian (Pollinatio)
dan Pembuahan (Fertilisatio)
Penyerbukan atau polinasi adalah transfer serbuk sari/polen ke kepala putik
(stigma). Kejadian ini merupakan tahap awal dari proses reproduksi
(Ashari,1998).
Menurut Elisa (2004) penyerbukan merupakan :
Menurut Elisa (2004) penyerbukan merupakan :
-
pengangkutan serbuk sari (pollen) dari kepala sari (anthera) ke putik
(pistillum)
-
peristiwa jatuhnya serbuk sari (pollen) di atas kepala putik (stigma).
Bunga merupakan alat reproduksi yang kelak menghasilkan buah dan biji Di dalam biji ini terdapat calon tumbuhannya (lembaga). Terjadi buah dan biji serta calon tumbuhan baru tersebut karena adanya penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan merupakan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhan berbiji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk tumbuhan berbiji telanjang) (Sutarnodkk,1997).
Menurut Ashari (1998) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar prose polinasi berjalan lancar dengan hasil optimal, antara lain:
Bunga merupakan alat reproduksi yang kelak menghasilkan buah dan biji Di dalam biji ini terdapat calon tumbuhannya (lembaga). Terjadi buah dan biji serta calon tumbuhan baru tersebut karena adanya penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan merupakan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhan berbiji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk tumbuhan berbiji telanjang) (Sutarnodkk,1997).
Menurut Ashari (1998) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar prose polinasi berjalan lancar dengan hasil optimal, antara lain:
1. Sistem penyilangan (breeding system) dan variasi
jenis kelamin yang menentukan perlunya
penyerbukan silang.
2. Saat penyebaran serbuk sari, reseptimatis stigma
induk bunga, seluruh tanaman/ pohon yang dikaitkan dengan aktivitas harian
serta musiman vektor penyebuk.
3. Vektor yang berperan dalam penyerbukan.
4. Pengaruh cuaca terhadap sinkronisasi pembungaan,
penyebaran serbuk sari, sering aktivitas
vektor.
Bunga merupakan organ tumbuhan yang nantinya akan
menjadi buah dan di dalam buah nanti akan terjadi biji, dan di dalam bijilah
terdapat calon tumbuhan baru. Penyerbukan ialah jatuhnya
serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan tumbuhan biji tertutup) atau
jatunya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk tumbuhan yang berbiji
telanjang), Sedangkan yang dimaksud dengan Pembuahan ialah terjadinya
perkawinan (persatuan atau peleburan menjadi satu) sel telur yang terdapat
dalam kandung lembaga didalam bakal biji dengan suatu inti yang berasal dari
serbuk sari. Pembentukan calon tumbuhan baru
(lembaga) yang disertai dengan peristiwa perkawinan antara sel telur dengan
inti sperma,disebut: amfimiksis (amphimixis), disebut : apomiksi (apomixis),
jdi partenogenesis adalah salah satu contoh peristiwa apomiksis. Di samping partenogenesis,
masih ada peristiwa yang lain-lain lagi yang dapat digolongkan dalam apokmisic.
Berdasarkan asalnya serbuk sari yang jatuh dikepala
putik itu, penyerbukan dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu :
a.
Penyerbukan sendiri (autogamy),
yaitu jika serbuk sari yang jatuh di kepala putik berasal dari bunga itu
sendiri,
b.
Penyerbukan tetangga (geitonogamy),
jika serbuk sari yang jatuh dikepala putik berasal dari bunga lain pada tumbuhan
itu juga,
c.
Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy),
jika serbuk sari yang jatuh dikepala putik itu berasal dari bunga tumbuhan
lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama.
d.
Penyerbukan bastar (hybridogamy),
jika serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang berbeda jenisnya,
atau sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat beda.
Berdasarkan perbedaan waktu masak antara kepala sari
dan kepala putik pada bunga yang memperlihatkan dikogami, kita dapat membedakan
:
1. Protandri atau proterandri (protandry,
proterogyny), jika dalam satu bunga yang masak lebih dulu adalah
kepala sarinya, baru kemudian kepala
putiknya.
2. Protogini atau proterogini (protogyny,
proterogyny),jika yang masak lebih dulu adalah putiknya, baru belakangan kepala
sarinya.
- Adanya herkogami (hercogamy), yaitu jika pada
bunga yang sempurna, duduknya kepala sari dan kepala putik amat berjauhan satu
sama lain, seperti misalnya terdapat pada bunga tumbuhan yang berbunga
kupu-kupu (papilionanceae) dan anggerik (orchidaceae)
- Adanya heterostili (heterostyly), yaitu suatu
variasi herkogami, bila pada beberapa individu tumbuhansejenis (species)
terdapat bunga-bunga pada benang sari dan tangkai putik yang berbeda sekali
panjangnya, sehingga dengan demikian penyerbukan sendiri tak mungkin dapat
terjadi.
Heterostili dapat dibedakan lagi dalam :
1.
Heterodistili (heterodistyly), jika
pada suatu jenis (species) tumbuhan
ditemukan
individu-individu dengan dua bentuk (diomosfisme) bunga, yaitu :
-
Individu dengan bunga yang bertangkai putik panjang dan benang sari yang
pendek.
-
Individu dengan bunga yang bertangkai
putik pendeng dan benang sari yang panjang.
2.
Heterotristili (heterotristyly),
jika dalam suatu jenis (species) ada individu- individu yang :
-
Mempunyai bunga dengan tangkai putik pendek dengan benang sari yang sedang
atau panjang.
-
Mempunyai bunga dengan tangkai putik sedang dan benang sari yang pendek
atau panjang.
-
Mempunyai bunga dengan tangkai putik yang
panjang dan benang sari pendek atau sedang.
Adanya peristiwa kemandulan (sterilitas). Bunga
yang mempunyai sifat ini, walaupun diserbuki, tetapi penyerbukan diikuti oleh
pembuahan, bahkan mungkin penyerbukan itu justru menyebabkan gugurnya putik dan
bunganya. Jika yang menyebabkan keguguran putik (abortus) itu serbuk sari dari
bunga itu sendiri. Kemandulan sendiri sering terlihat pada anggerik, oleh sebab
itu untuk mendapatkan biji anggerik perlu diadakan penyerbukan silang.
Tanaman yang mempunyai nilai strategis yang sangat
penting, pada umumnya, tidak mempunyai masalah dalam penyerbukan, misalnya
tanaman pangan (Padi,Jagung,Palawija dan kedelai). Pada umumnya tanaman
tersebut bersifat self fertile, artinya menghasilkan tepung sari yang subur
demikian juga putiknya. Jenis bunga tanaman pangan seperti padi, kedelai da
kacang hijau adalah sempurna, yaitu dalam sekuntum bunga terdapat bunga jantan
(stamen) dan bunga betina (pistil). Hal tersebut memungkinkan terjadinya
penyerbukan sendiri (self pollination). Di sisi lain, sekelompok tanaman yang
pada umumnya tanaman buah-buahan tahunan bersifat self infertile.
Ketidaksuburan tepung sari maupun ketidaknormalan putik menyebabkan
permasalahan dalam proses penyerbukan maupun pembuahannya (Ashari,2004).
Pada proses penyerbukan, apabila bunga dalam suatu
tanaman memiliki tepung sari yang tidak subur maka bunga tersebut memerlukan
tepung sari lain yang subur. Ada juga tanaman yang mempunyai bunga
sempurna,namun susunan morfologi bunga tidak memungkinkan terjadinya self
pollination, misalnya terpisahnya bunga jantan dan bunga betina (salak dan
kurma) atau halangan fisik lainnya Dengan demikian, jenis tanaman tersebut
memerlukan polinator baik yang alami seperti angin, serangga, atau hewan
mamalia maupun manusia untuk memindahkan tepung sari dari kepala sari ke kepala
putiknya
Menurut Vektor atau perantara yang menyebapkan dapat
berlangsungya penyerbukan, dapat dibedakan dalam beberapa macam :
a. Penyerbukan dengan perantara angin (anaemophyly,
anemogamy), jika serbuk sari
sampai pada bunga yang diserbuki dengan perantara angin. Penyerbukan secara anemofili lazimnya akan terjadi pada
tumbuahan yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Menghasilkan banyak sekali serbuk sari,
le,but serta kering tidak berlekatan,
hingga mudah
sekali berterbengan jika tertiup angin.
2. Kepala
putik mempunyai bentuk seperti bulu ayam atau seperti benang, hingga
kemungkinan menangkap serbuk sari yang
berterbengan menjadi lebih besar.
3. Bunga seringkali tidak memiliki hiasan bunga
(kelopak dan mahkota) atau kedua bagian bunga itu amat tereduksi,
sehingga benang sari maupun kepala
putiknya
tidak terlindung kalau tertiup angin.
4. Kepala
sari tidak melekat erat pada tangkai sari
5. Tempat buna tidak tersembnyi.
b. Penyerbukan dengan perantara air (hydrophyly,
hydrogami). Penyerbukan dengan cara ini hanya mungkin terjadi pada tumbuhan
yang hidup di air saja, baik yang hidup di air tawar ataupun di laut. Misalnya
pada daerah rawa, sawah-sawahan, kolam (algae). Tetapi satu jenis tumbuhan yang
berguna dan biji yaitu (Hyidrilla verticillata Presl.).
c. Penyerbukan dengan perantara binatang (zoidiophyly,
zoidiogamy).
Penyerbukan seperti ini yaiut binatang mengunjungi bunga tidak mempunyai
maksud untuk
menjadi perantara dalam hal penyerbukan, ,ereka bertujuan
untuk mencari
makan, misalnya bertujuan mencari madu, berbeda dengan
bunga yang
bersifat anemofili.
Bunga yang bersifat zoidiofili mempunyai cirri-ciri
berikut :
1.
Mempunyai warna bunga yang menarik.
2.
Mempunyai sesuatu yang menarik atau
menajadi makanan binatang.
3.
Serbuk sari serin bergumpal-gumpal
dan berperekat, sehingga mudah menempel pada tubuh binatang yang
mengunjungi bunga tadi.
4.
Mempunyai bentuk yang khusus, sehingga
bunga dapat dikuknjungi oleh hewan-hewan tertentu saja.
Berdasarkan golongan binatang, penyerbukan
zoidiofili dapat dibedakan antara lain :
1. Penyerbuka denga perantara serangga (entomophyly)
2. Penyerbukan dengan perantara bururng (ornithophyly)
3. Penyerbukan dengan perantara kelelawar (chiropterophyly)
4. Penyerbukan dengan perantara siput (malacophyly)
18. Diagram Bunga
Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua
bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan
penampang- penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan
putik, juga bagian bunga lainnya jika masih ada, disamping keempat bagian pokok
tersebut. Perlu diperhatikan, bahwa lazimnya dari daun-daun kelopak dan tajuk
bunga digambar penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedang dari benag
sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang
bakal buahnya. Dari diagram bunga selanjutnya dapat diketahui pula jumlah
masing – masing bagian bunga tadi dan bagaimana letak dan susunanya antara yang
satu dengan yang lainnya (Hidayat, 1995).
Bagian-bagian bunga duduk diatas dasar bunga, masing-masing teratur dalam
satu lingkaran atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masing bagian harus
digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang
berlainan digambarkan dengan lambing yang sama. Mengingat bahwa yang digambar
pada diagram itu penampang-penampang melintang masing-masing bagian bunga, maka
kemungkinan adanya persamaan gambar hanyalah mengenai daun-daun kelopak dan
daun tajuk bunga, sedangkan mengenai benang sari dan puyiknya rasanya tidak
akan terjadi kekeliruan.
Jika membuat diagram bunga, harus memperhatikan hal-hal berikut (Moertolo,
2004):
1. Letak bunga
pada tumbuhan, dibedakan dua macam letak bunga:
a.
Bunga pada
ujung batang atau cabang (flos terminalis).
b. Bunga yang terdapat dalam ketiak
daun (flos axillaris).
2. Bagian-bagian
bunga yang akan dibuat diagram tadi tersusun dalam beberapa lingkaran.
Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan
ialah:
a.
Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
b.
Bagaimana susunannya terhadap sesamanya
c.
Bagaimana
susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain.
d.
Bagaimana
letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
Bagian-bagian lain pada bunga yang seringkali dapat menjadi cirri yang khas
untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada
diagram bunga antara lain yaitu (Kartasapoetro, 2004):
a.
Kelopak tambahan (epicalyx), umum terdapat pada
tumbuhan suku Malvaceae.
b.
Mahkota (tajuk) tambahan (corona),
yang biasa terdapat pada Asclepiadaceae.
Dalam menyusun diagram bunga kita
dapat berpendirian pada (Salisbury, 1992):
1.
Hanya menggambarkan bagian – bagian bunga menurut apa
adanya
2.
Membuat diagram bunga yang tidak hanya memuat bagian –
bagian yang benar – benar ada, tetapi juga menggambarkan bagian –
bagian yang sudah tidak ada (tereduksi).
Dengan demikian kita dapat
membedakan dua macam diagram bunga yaitu:
a.
Diagram bunga empiric, yaitu diagram bunga yang hanya
memuat bagian -bagian bunga yang benar – benar ada, jadi menggambarkan keadaan
bunga yang sesungguhnya, oleh karena itu diagram ini juga dinamakan diagram sungguh.
b.
Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain
menggambarkan bagian –
bagian bunga yang sesungguhnya, juga memuat bagian – bagian yang sudah tidak ada lagi.
19.Rumus Bunga
Susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang terdiri atas
lambang-lambing, huruf-huruf, dan angka-angka, yang semua itu dapat memberikan
gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya (Savitri,
2005).
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga
yang bertalian dengan simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan
singkatan nama bagian-bagian bunga. Disamping itu masih terdapat lambang-lamban
lain lagi yang memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga satu sama lain
(Tjitrosoepomo, 1995).
Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal – hal mengenai 4 bagian
pokok bunga sebagai berikut (Sumardi, 1993):
1.
Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata
kalix (calyx).
2.
Tajuk atau
mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla.
3.
Benang – benang sari, yang
dinyatakan dengan huruf A, singkatan dari androecium.
4.
Putik, yang dinyatakan dengan huruf
G, singkatan kata gynaecium.
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu
mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P,
singkatan kata perigonium (Savitri, 2008) Dibelakang huruf-huruf tadi lalu
ditaruhkan angka – angka yang menunjukkan jumlah masing-masing bagian tadi, dan
diantara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka itu di taruh
koma. Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang
sari dan putik yang terjadi dari sehelai daum buah, maka rumusnya adalah (Fahn,
1991):
K5, C5, A10, G1. (Bunga merak)
Di depan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukkan
simetri bunga. Biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri, yaitu: * untuk
bunga yang bersimetri banyak dan tanda ↑ untuk bunga yang bersimetri satu. Jadi
hal ini rumus bunga merak, yang bersifat zigomorf, rumusnya menjadi (Fahn,
1991):
↑ K5, A5,
A10, G1
Sedang bunga lilia gereja yang bersifat aktinimorf
rumusnya menjadi (Parwata, 2009):
P6, A6, G3
Selain lambang yang menunjukkan simetri pada rumus
bunga dapat pula ditambahkan lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga.
Untuk bunga yang banci di pakai lambang: ♀, untuk bunga jantan dipakai lambang:
♂, dan untuk bunga betina dipakai lambang: ♀. Lambang jenis kelamin ditempatkan
di depan lambang simetri. Jika kedua contoh rumus tersebut di atas dilengkapi dengan
lambang jenis kelamin, maka rumusnya menjadi (Sumardi, 1993):
♀ ↑ K5, A5,
A10, G1 dan ♀*P6, A6, G3
Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih daripada
satu lingkaran. Bunga – bunga yang dipakai contoh diatas misalnya masing-masing
mempunyai bagian-bagiannya yang tersusun dalam 5 lingkaran. Bunga merak
misalnya mempunyai 2 lingkaran benang sari, dengan 5 benang sari dari tiap
lingkaran, sedang bunga lilia gereja mempunyai 2 lingkaran daun tenda bunga dan
2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran berbilang 3. Dalam hal yang demikian
dibelakang huruf yang menunjukkan bagian yang tersusun dalam lebih daripada
satu lingkaran tadi harus di taruh 2 kali angka yang menunjukkan jumlah bagian
di dalam tiap lingkaran dengan tanda + diantara kedua angka tadi. Contoh
(Hidayat, 1995):
♀ ↑ K5, C5, A5 + 5,G1 dan ♀ * P3 + 3, A3 + 3, G3
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Bunga
memiliki bagian-bagian yaitu:
·
Tangkai
bunga,
·
Dasar bunga,
·
Hiasan bunga
yang tardiri dari kelopak dan mahkota bunga
·
Alat kelamin
jantan dan betina yang berupa putik dan benang sari.
Bunga dapat digolongkan menjadi bunga lengkap dan
bunga tidak lengkap. bunga dikatakan lengkap apabila memiliki semua
bagian-bagian bunga, namun bunga tak lengkap tidak memiliki salah satu
dari bagian bunga.
DAFTAR
PUSTAKA
Tjirosoepomo,
Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Morton, J.
1987. Mango. p. 221–239. In: Fruits of warm climates. Julia F.
Morton, Miami, FL. New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar